Penonton Kecewa

Penonton Kecewa
Penonton Kecewa
KOK jadi lebay gitu, Din? Ceritanya baru memasuki babak seru-serunya, sudah buru-buru menabuh gong penutup? Kalau kisah seni pewayangan, kasus Nazaruddin ini baru masuk ke level ketiga, dari jejer (lahir hingga remaja), lalu sabrangan (menghadapi tantangan), dan perang gagal (gagal berperang karena belum dewasa dan belum matang). Baru sampai di sini, --pemeriksaan perdana di KPK--  sudah lempar handuk, menyerah, dan membiarkan penonton kecewa!

Padahal, masih ada tahap panditan, yakni sadar dan berguru untuk menemukan ilmu ketahanan lahir batin. Setelah matang, masuk ke level ke-5, perang kembang, dia akan mengatasi gangguan, tantangan, ancaman dengan ilmu yang lebih solid. Lalu, meningkat ke tataran lebih tinggi lagi, yakni mampu membabat lawan-lawannya baik dalam, perang brubuh, atau perang amuk-amukan.

Level ketujuh, paling tinggi, adalah tancep kayon. Setelah merampungkan misi dan tugasnya, dia mati meninggalkan dunia nyata, dan menyisakan nama besar yang abadi. Lebih dari 230 juta penduduk negeri ini sedang asyik menyimak lakon "Nazaruddin Mbalelo" itu dengan harapan menunggu gong akhir yang bermakna bagi perjalanan sejarah bangsa. Sejarah pemberantasan kolusi, korupsi dan atur mengatur proyek.

Tapi, Nazaruddin yang diharapkan bisa menjadi tokoh pendobrak itu, ternyata sudah mirip kerupuk tersiram air. Melempem. Statemen Nazar setelah diperiksa 3 jam di kantor KPK kemarin seperti ayam kehilangan taji. Intonasinya lembek banget. Wajahnya loyo, layu, lemes, kalah (atau mengalah), sampai-sampai harus menulis surat yang semakin mematenkan kekonyolan dirinya! Betul-betul, penonton kecewa.

KOK jadi lebay gitu, Din? Ceritanya baru memasuki babak seru-serunya, sudah buru-buru menabuh gong penutup? Kalau kisah seni pewayangan, kasus Nazaruddin

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News