Pentingnya Kualitas Udara Dalam Ruang
MKita sering berbicara tentang hidup sehat dan kualitas hidup tapi apakah Anda memperhatikan kualitas udara yang Anda hirup dalam ruangan?
Berdasarkan banyak survey, sebagian besar dari kita menghabiskan hingga 90 persen waktu kita di dalam ruangan.
Jika ditambahkan waktu yang Anda habiskan di rumah, di kantor dan di dalam perjalanan, dan Anda akan melihat betapa besarnya waktu yang kita habiskan di dalam ruangan.
Studi tentang kualitas udara dalam ruangan tidak menjadi perhatian publik sampai tahun 1970-an.
Namun kemudian terjadi apa yang disebut "Oil Shock " dimana harga minyak dunia naik ke tingkat tertinggi yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Karenanya para pemilik gedung di Amerika Serikat dan di tempat lain berusaha menghemat pengeluaran bahan bakar dengan mengurangi udara segar yang memasuki sebuah bangunan dan melakukan sirkulasi ulang sebanyak mungkin.
Sindrom ‘Sick Building’
Perubahan ini dilakukan namun tanpa pengertian lebih dalam mengenai pentingnya kualitas udara dalam ruang.
Maka kemudian timbul sebuah fenomena baru bernama "sindrom ‘sick building " (sindroma gedung sakit).
Indikator pertama adalah bahwa kadar karbon dioksida yang tinggi (yang paling umum digunakan bio-efluen) yang dipancarkan oleh penghuni dalam sebuah gedung menimbulkan respons fisik dimana udara akan terasa "panas dan pengap" bagi penghuninya.
- Inilah Sejumlah Kekhawatiran Para Ibu Asal Indonesia Soal Penggunaan Media Sosial di Australia
- Dunia Hari ini: Trump Bertemu Biden untuk Mempersiapkan Transisi Kekuasaan
- Dunia Hari Ini: Penerbangan dari Australia Dibatalkan Akibat Awan Panas Lewotobi
- Dunia Hari Ini: Tabrakan Beruntun Belasan Mobil di Tol Cipularang Menewaskan Satu Jiwa
- Korban Kecelakaan WHV di Australia Diketahui Sebagai Penopang Ekonomi Keluarga di Indonesia
- Trump Menang, Urusan Imigrasi jadi Kekhawatiran Warga Indonesia di Amerika Serikat