Penurunan Harga Batu Bara Masih Dianggap Wajar
“Ke depan, solusi kebijakan DMO (domestic market obligation) atau penyerapan untuk mencukupi kebutuhan dalam negeri cukup memberi harapan,” tuturnya.
Senada, Ketua Gabungan Pengusaha Ekspor Indonesia (GPEI) Kaltim Muhammad Hamzah mengatakan, lima tahun ke depan akan terjadi penurunan drastis dari produksi batu bara. Sehingga, penyiapan infrastruktur hilirisasi industri, hingga mengangkat kualitas serta kuantitas produk UMKM perlu dilakukan untuk menggantikan posisi batu bara dalam urusan ekspor.
“Potensi perkembangan UMKM itu yang bisa dikembangkan. Potensi kita punya, kami akan bantu untuk menyiapkan semua agar mereka pelaku UMKM siap. Karena untuk ekspor perlu dipastikan produksi stabil dan kualitas terjaga," ujar Hamzah.
Menurutnya, UMKM memang harus disiapkan dari sekarang. Karena, produksi batu bara yang terus menurun akan membuat nilai ekspor Kaltim juga menurun. Apalagi kontribusi batu bara sangat besar terhadap struktur ekspor Bumi Etam.
“Sektor penggantinya harus sudah kita siapkan. Bahkan, kami siap untuk mengembangkan lewat program CSR para perusahaan ekspor. Sehingga kelak penurunan harga produksi batu bara tidak akan begitu terasa pada dunia ekspor Kaltim,” tutupnya. (*/ctr/ndu/k15)
Penurunan harga batu bara masih tergolong aman dibanding penurunan tajam yang terjadi pada 2010 hingga 2015.
Redaktur & Reporter : Soetomo
- Pengusaha Batu Bara Kaya Raya, Lihat Rakyat Sengsara, Melukai Rasa Keadilan
- Kaleidoskop 2022 Versi Dahlan Iskan: Perkawinan Kolosal, Luhut Berkibar-kibar, Orang Terkaya
- Tahun Gegap
- Jokowi Singgung Wajah Ical Kelihatan Cerah Gara-gara Batu Bara
- Kondisi Gas di Eropa Mengkhawatirkan, Harga Batu Bara Acuan Naik Lagi
- Pecah Rekor, Harga Batu Bara Acuan Tembus USD 288,40 Per Ton