Penurunan Harga Gas Tidak Bisa Hanya Lewat Aturan
jpnn.com - JAKARTA – Pemerintah tengah berusaha keras untuk menurunkan harga gas industri supaya tidak lagi menjadi yang termahal di dunia. Banyak pihak membandingkan harga gas di Indonesia yang jauh lebih mahal ketimbang Malaysia.
Mantan Direktur Utama (Dirut) Pertamina Ari Soemarno mengatakan, selama ini harga gas di Indonesia jauh lebih mahal karena pemerintah tidak memerhatikan infrastrukturnya. Hal itu terlihat dari tidak adanya anggaran yang signifikan untuk membangun infrastruktur.
Sedangkan Pertamina tidak bisa membantu karena ada kewajiban menyetor pendapatan ke negara. ’’Dulu, Pertamina boleh menahan 40 persen pendapatan untuk mengembangkan diri,’’ ujarnya, Senin (5/12).
Namun, hal itu tidak lagi bisa diterapkan karena ada krisis di BUMN energi tersebut pada 1976. Sejak itu, 100 persen pendapatan Pertamina harus disetorkan kepada pemerintah selaku pemegang saham.
Mestinya, duit dari pendapatan Pertamina bisa membuat pemerintah lebih lincah untuk untuk mengembangkan infrastruktur gas. Namun, itu tidak terjadi.
Akhirnya, pemerintah kerepotan ketika saat ini mulai membangun insfrastruktur gas bumi. ’’Ini yang membuat gas industri kita mahal,’’ terangnya.
Lebih lanjut dia menjelaskan, infrastruktur migas di Malaysia dibangun oleh Petronas. Sebab, untuk bagian negara, Petronas hanya perlu membayar dividen dan pajak korporasi.
’’Kompensasinya, Petronas diminta bangun infrastruktur. Makanya, biaya distribusi gas di Malaysia sangat murah,’’ urainya.
JAKARTA – Pemerintah tengah berusaha keras untuk menurunkan harga gas industri supaya tidak lagi menjadi yang termahal di dunia. Banyak pihak
- Wamenperin: Saya Yakin Shopee Patriotik akan Prioritaskan Produk Made in Indonesia
- Perkuat Jaringan, Sucor Asset Management Gandeng Bank-Bank Besar
- Rupiah Makin Ambyar Terdampak Kebijakan Donal Trump
- Bea Cukai Tual Kawal Perusahaan Ini Ekspor Produk Perikanan ke Hong Kong
- Terbitkan NPPBKC untuk PR Umi Kulsum, Begini Harapan Bea Cukai Probolinggo
- Bea Cukai Bandung Amankan 2,47 Juta Batang Rokok Tanpa Pita Cukai di Wilayah Ini