Penurunan Tarif Batas Atas Tiket Pesawat juga Berpotensi Rugikan Konsumen
Sejalan dengan Tulus, pengamat penerbangan Alvin Lie juga mengkhawatirkan maskapai akan menurunkan kualitas pelayanan dan kenyamanan. Hal itu untuk menghemat biaya operasi.
”Penurunan ini tidak terlalu terasa bagi konsumen namun terlalu berat bagi airlines,” tuturnya saat dihubungi Jawa Pos.
Menurutnya, kalau ingin harga tiket bisa turun caranya menaikkan acuan cost per seat per kilometer. Hal itu terlihat bahwa TBA akan naik. Namun airlines akan mampu meraih laba saat peak season dan bisa menurunkan harga ke level bawah saat low season.
”Subsidi silang menggunakan laba yg diraih saat peak season. Harga tiket bisa fleksibel lagi seperti dulu,” tuturnya.
Dengan TBA yang diturunkan, maka bisa jadi maskapai tetap menjual tiket pada kisaran batas atas sepanjang tahun. ”Harga tiket malah jadi tidak fleksibel,” ungkapnya. Dia juga khawatir akan ada pemangkasan rute yang tidak memiliki banyak penumpang.
Direktur Niaga Garuda Indonesia Pikri Ilham mengungkapkan bahwa penerbangan pada rute-rute sepi memang merugikan airline. Dia mencontohkan penerbangan ke Maumere yang selama ini mendapatkan subsidi dari Garuda.
BACA JUGA: Tiket Pesawat Mahal, Penjualan Paket Perjalanan Anjlok 40 Persen
Rata-rata penerbangan ke tempat tersebut hanya mengangkut 30 sampai 40 orang saja. “Setiap penerbangan disubsidi Rp 50 juta,” kata Pikri.
Pengamat penerbangan Alvin Lie juga khawatir maskapai akan menurunkan kualitas pelayanan dan kenyamanan pascakebijakan penurunan tariff batas atas.
- Tegas, YLKI Tolak Kenaikan PPN 12 Persen
- Menjelang Natal dan Tahun Baru, Garuda Pastikan tidak Ada Kenaikan Harga Tiket
- AirAsia Tawarkan Tiket Pesawat Ke Tiongkok dengan Harga Terjangkau
- YLKI Minta Konsumen Gunakan Medsos Sebagai Cara Terakhir
- Mengurai Penyebab Tingginya Harga Tiket Pesawat di Indonesia
- AirAsia Fly Thru Bangkok Tawarkan Liburan Praktis dan Hemat ke Luar Negeri