Penutupan Program Bahasa di Australia Tak Hanya Rugikan Mahasiswa, Tapi Juga Lulusannya Saat Cari Kerja
Australia menghadapi krisis dalam pengajaran bahasa-bahasa Asia di tingkat universitas, demikian pendapat Asosiasi Studi Asia di Australia (ASAA) dengan penutupan empat jurusan bahasa baru-baru ini.
Salah satunya adalah program pengajaran bahasa Indonesia di .
Penutupan program bahasa tidak hanya akan mempengaruhi mahasiswa di Australia yang sedang atau hendak mengambil Bahasa Indonesia, namun juga dirasakan oleh para lulusannya.
Seperti yang dialami, Roisin Greaney yang lulus dari program Bahasa Indonesia di La Trobe University tahun lalu.
Ia khawatir ilmu bahasa Indonesia yang dimilikinya tidak akan bisa digunakan dalam mencari pekerjaan di Australia.
Sekarang ia mengajar bahasa di sekolah, tapi bukan untuk pelajaran bahasa Indonesia, melainkan bahasa Inggris.
"Saya sebenarnya memiliki kualifikasi untuk mengajar bahasa Indonesia. Namun sekarang tidak banyak sekolah mengajarkan bahasa Indonesia dan karenanya tidak memerlukan guru," kata Roisin kepada wartawan ABC Indonesia Sastra Wijaya.
"Sekarang saya sedang mempertimbangkan untuk kembali ke universitas untuk belajar subjek lain, karena saya tidak melihat kemungkinan guru bahasa Indonesia akan banyak dicari sekolah di masa depan."
Australia menghadapi krisis dalam pengajaran bahasa-bahasa Asia di tingkat universitas, demikian menurut Asosiasi Studi Asia di Australia
- Utak-Atik Anggaran, Maju-Mundur Ibu Kota Nusantara
- Dunia Hari Ini: Presiden Trump Mau Mendeportasi Mahasiswa yang Ikut Unjuk Rasa Pro-Palestina
- Dunia Hari Ini: Pesawat Air Busan Terbakar di Bandara Internasional Gimhae
- Dunia Hari Ini: Delapan Sandera Dalam Daftar Pembebasan Hamas Telah Tewas
- Kenapa 26 Januari Jadi Tanggal Kontroversial di Australia?
- Dunia Hari Ini: COVID Kemungkinan Besar Berasal dari Laboratorium