Penutupan Program Bahasa di Australia Tak Hanya Rugikan Mahasiswa, Tapi Juga Lulusannya Saat Cari Kerja
Padahal Australia sebelumnya dikenal secara global sebagai negara yang paling banyak melakukan hal tersebut.
Dia juga mengatakan kemajuan teknologi untuk membantu memahami bahasa asing tidak bisa menggantikan faktor manusia untuk menguasai kemampuan bahasa yang lebih kompleks.
"Tidak ada mesin atau app yang bisa mengajar kemampuan berbahasa yang mendalam," ujarnya.
"Pengajaran program bahasa bukan sekedar mengajar kemampuan berbahasa, namun juga konteks di seputar bahasa tersebut, sehingga mahasiswa memiliki pemahaman mendalam mengenai satu budaya juga," katanya lagi.
Menurut Kate, saat ini memang ada perasaan "arogan" di kalangan warga Australia bahwa mereka tidak memerlukan bahasa lain.
"Saya juga melihat banyak kesalahan ada di tangan pemerintah dan apa yang disampaikan ke umum. Beberapa pemimpin universitas juga kemudian memperkuat pemikiran tersebut. Jadi perlu ada perubahan budaya besar."
Meski masih ada berbagai universitas yang menawarkan program Bahasa Indonesia di Australia, menurut Roisin, variasi lokasi juga penting karena syarat masuk universitas dan uang kuliahnya berbeda-beda.
"Beberapa universitas lain yang menawarkan program bahasa Indonesia lebih susah masuknya. Juga uang kuliahnya lebih mahal, sehingga tidak selalu menjadi pilihan bagi para mahasiswa," kata Roisin.
Australia menghadapi krisis dalam pengajaran bahasa-bahasa Asia di tingkat universitas, demikian menurut Asosiasi Studi Asia di Australia
- Sebuah Gelombang Besar yang Menerjang Asia
- Dunia Hari Ini: Kebakaran Hutan Masih Ancam negara Bagian Victoria di Australia
- Dunia Hari Ini: 51 Pria Dijatuhkan Hukuman Atas Kasus Pemerkosaan Prancis
- Anggota Bali Nine Sudah Bebas dan Kembali ke Keluarga Masing-masing
- Dunia Hari Ini: Australia Terbangkan Warganya Keluar Vanuatu
- Pemakai Narkoba di Indonesia Kemungkinan Akan Dikirim ke Rehabilitasi, Bukan Penjara