Penyandang Disabilitas Bersuara, Minta Hak Politik tak Dibatasi, Pendidikan Dibenahi

Penyandang Disabilitas Bersuara, Minta Hak Politik tak Dibatasi, Pendidikan Dibenahi
Penyandang Disabilitas Bersuara, Minta Hak Politik tak Dibatasi, Pendidikan Dibenahi. Tampak penyandang cacat di Kafe Solidaritas yang dihelat Partai Sosialis Indonesia (PSI) di Pondok Indah Mall Jakarta, Rabu (24/6).

"Sebetulnya sudah banyak peraturan baik di tingkat undang-undang atau di bawahnya yang mengatur hak-hak disabilitas, tetapi implementasinya hanya berhenti “sekadar ada fasilitasnya”," katanya.

Jonna mencontohkan guiding block di trotoar pedestrian Jalan Sudirman, Jakarta Pusat yang disediakan oleh pemerintah. Tetapi tidak jarang jalur tersebut terhalang oleh tiang listrik, yang tentu saja menyulitkan bagi aksesibilitas penyandang tuna netra.

Ketika Jonna bicara mengenai perlakukan diskriminatif, Pendiri sekaligus CEO Thisable Enterprise, Angkie Yudistia membahas masalah persoalan mentalitas ketidakpercayaan diri di kalangan disabilitas sendiri. Pengalaman itu diutarakan saat menghadapi kenyataan dirinya kehilangan kemampuan pendengaran.

Menurutnya, salah satu cara untuk mengatasi masalah mentalitas yang dialami disabilitas adalah pendidikan inklusi. Cara itu kata dia menjadi jawaban untuk mengatasi kondisi kejiwaan yang dirasakan adanya pembedaan antara disabilitas dengan masyarakat normal pada umumnya.

Angkie berharap pemerintah melalui Kementerian Pendidikan bisa mengakomodasi aspirasi kalangan disabilitas.

“Pendidikan adalah kunci untuk menggapai mimpi masa depan,” ungkap Angkie.

Melalui pendidikanlah kata dia generasi muda disabilitas bisa bangkit dan berkontribusi bagi masa depan bangsa. (awa/jpnn)


JPNN.com JAKARTA - Pegiat disabilitas, Jonna Damanik mengatakan penyandang cacat masih mendapat perlakuan diskriminatif. Tidak hanya oleh negara,


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News