Penyandang Disabilitas di Indonesia Mengalami Kesulitan Tambahan Saat Pandemi
Ia juga mengatakan belum lagi buka-tutup perbatasan di tiap provinsi yang tidak menentu dan menjadi tantangan lain baginya.
Selama proses mencari rumah, Ita bisa mengeluarkan ongkos satu kali perjalanan sebesar Rp2,5 juta yang harus ia bayar dengan uang tabungan sendiri.
Namun, semua pengorbanan ini rela dilakukannya untuk menghindarkan kemungkinan terpapar virus corona.
"Kalau dipikir-pikir [ongkos perjalanan] mahal juga, tapi harga kesehatan lebih mahal dari itu. Saya berpikir seperti itu. Sudahlah, mau bagaimana lagi?"
Akhirnya, Ita memutuskan untuk tinggal di Bogor bersama ibunya.
"Saya cari mobil, terus bawa kursi roda dua yang beratnya di atas 100kg, koper, dan ember. Akhirnya dapat 'charter' [sewa mobil] karena saya tidak mau berinteraksi dengan siapapun."
Ita mengaku saat ini ia juga masih mengandalkan tabungannya untuk membayar listrik dan air di tempat tinggalnya, sambil menunggu mulai kerja.
Penyandang disabilitas makin sulit dapat kerja
Photo: Yafas adalah salah satu penyandang disabilitas yang saat ini tidak bekerja di NTT. (Supplied: Yafas Aguson Lay)
Sebagai seorang penyandang disabilitas, Ita Alimenia menyadari kepulangannya ke Indonesia setelah dua setengah tahun belajar di Australia butuh banyak persiapan
- Upaya Bantu Petani Indonesia Atasi Perubahan Iklim Mendapat Penghargaan
- Dunia Hari Ini: Tanggapan Israel Soal Surat Perintah Penangkapan PM Netanyahu
- Dunia Hari Ini: Warga Thailand yang Dituduh Bunuh 14 Orang Dijatuhi Dihukum Mati
- Biaya Hidup di Australia Makin Mahal, Sejumlah Sekolah Berikan Sarapan Gratis
- Digitalisasi untuk Mendorong Pengembangan Pariwisata Indonesia Perlu Dilakukan
- Universitas Bakrie Jadi Jembatan Pengembangan Industri Halal Antara Indonesia dan Filipina