Penyandang Disabilitas di Indonesia Mengalami Kesulitan Tambahan Saat Pandemi

"Difabel menjadi masyarakat yang paling rentan di masa pandemi ini, sehingga membutuhkan kebijakan dan penanganan yang inklusif sesuai dengan ragam disabilitasnya," katanya dalam webinar pemaparan hasil survei Juni lalu.
'Tidak bisa kalau tidak ada koneksi'

Ita paham sekali seberapa susahnya mencari pekerjaan sebagai seorang penyandang disabillitas.
Ketika baru mulai bekerja untuk orang lain, ia mengatakan sempat "mengalami perlakuan tidak manusiawi" hingga harus membuka usaha sendiri.
Ita yang adalah penerima beasiswa Australia Awards tidak dapat membayangkan rasanya harus melamar pekerjaan di tengah pandemi.
"Tidak bisa [cari kerja], jujur, kalau tidak ada 'link' [koneksi]," ujar Ita yang terkena polio di usia satu tahun dan sempat lumpuh dari leher.
"Saya bayangkan, ke mana saya mau lamar [pekerjaan]? Walaupun saya lulusan Australia, lulusan Australia banyak. Tapi mereka bisa jalan, saya tidak."
Ia menambahkan, akses disabilitas perkotaan secara umum juga belum memadai bagi penyandang disabilitas, khususnya yang harus bermobilitas dengan kursi roda.
Sebagai seorang penyandang disabilitas, Ita Alimenia menyadari kepulangannya ke Indonesia setelah dua setengah tahun belajar di Australia butuh banyak persiapan
- Paus Fransiskus, Pemimpin Gereja Katolik yang Reformis, Meninggal Dunia pada Usia 88 tahun
- Dunia Hari Ini: PM Australia Sebut Rencana Militer Rusia di Indonesia sebagai 'Propaganda'
- Sulitnya Beli Rumah Bagi Anak Muda Jadi Salah Satu Topik di Pemilu Australia
- Rusia Menanggapi Klaim Upayanya Mengakses Pangkalan Militer di Indonesia
- Hemofilia dan VWD Perlu Diwaspadai Meski Prevalensinya Rendah
- Dunia Hari Ini: Siap Hadapi Perang, Warga Eropa Diminta Sisihkan Bekal untuk 72 Jam