Penyebab Utama Industri Baja Tidak Berdaya
jpnn.com, SURABAYA - Kinerja industri baja menurun sepuluh persen selama semester pertama 2019 karena bisnis properti stagnan.
”Sebagian besar permintaan baja domestik, terutama baja lapis, berasal dari perumahan dan proyek gudang atau pabrik,” ujar Ketua Klaster Baja Lapis Aluminium Seng Asosiasi Industri Besi dan Baja Indonesia (Indonesia Iron and Steel Industry Association alias IISIA) Henry Setiawan, Selasa (23/7).
Dia berharap permintaan pada semester kedua meningkat. Apalagi, di tengah kelesuan itu, produsen baja domestik harus bersaing dengan baja impor dari Tiongkok dan Vietnam.
BACA JUGA: Genjot Kredit dan Dana Pihak Ketiga, BCA Agresif Tambah Kantor Cabang
Di sisi lain, Jawa Timur (Jatim) gencar meningkatkan kinerja industri manufaktur di dalam maupun luar negeri.
Tahun ini proyeksi pertumbuhan sektor tersebut berkisar tujuh atau 7,5 persen.
Demi memperbaiki neraca perdagangan Jatim, kinerja seluruh sektor industri harus ditingkatkan sampai akhir tahun.
”Hingga April lalu, impor Jatim mencapai USD 2,19 miliar (sekitar Rp 30,6 triliun). Tapi, ekspornya hanya USD 1,57 miliar (sekitar Rp 21,9 triliun),” jelas Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Surabaya Jamhadi.
Kinerja industri baja menurun sepuluh persen selama semester pertama 2019 karena bisnis properti stagnan.
- Ini Strategi LPCK Tingkatkan Kualitas Layanan kepada Konsumen
- LippoLand Menawarkan Cendana Suites, Modern & Stylish, Fasilitas Lengkap, Harga Terjangkau
- Samira Regency Bekasi Luncurkan Rumah Contoh dengan Konsep Tropical Minimalist
- Pinhome Ungkap Pertumbuhan Pasar Properti yang tak Lagi Jawa-Sentris
- Menko Airlangga Ungkap Industri Baja Indonesia Diperhitungkan Berbagai Negara di Dunia
- Sinar Mas Land & Astra Land Indonesia Berkolaborasi Kembangkan Kawasan Residensial Baru