Penyelamatan
Oleh Dahlan Iskan
Tetapi pemerintah nan rapuh itu masih sempat berpikir: menyelamatkan benda bersejarah itu. Dari Stasiun Barat kereta menempuh jarak yang amat jauh: menuju Shanghai. Untuk ukuran kecepatan kereta waktu itu diperlukan waktu dua hari dua malam.
Ternyata benda bersejarah itu tidak bisa lama di Shanghai. Kota itu juga akan jadi medan perang. Harta museum itu pun diangkut ke kapal. Di pelabuhan Shanghai. Perlu berapa puluh kapal? Angka yang saya peroleh berbeda-beda.
Dengan armada kapal itu harta museum Kugong tersebut dilayarkan ke hulu. Ke arah pedalaman. Ke arah kota Nanjing. Melalui bengawan Changjiang (Yang Tze Kiang). Sungai terpanjang keempat di dunia. Yang jadi pusat lalu lintas zaman itu.
Di Nanjing pun ternyata tidak aman. Bahkan Jepang menjadikan Nanjing salah satu arena pembantaian terbesar.
Harta museum Kugong itu diangkut ke kapal lagi. Armada itu terus menuju arah hulu. Lebih ke pedalaman lagi. Ke kota Chongqing. Tempat kuliahnya Lufita berjilbab yang dari Kediri itu.
Panjang sekali tulisan ini. Kalau semua perjalanan penyelamatan itu diceritakan.
Maka tibalah pada akhirnya: perang kian meluas. Termasuk perang saudara. Antara Kuomintang dengan Gongchangdang. Chiang Kai Shek dengan Mao Zedong. Nasional lawan komunis. Borjuis lawan proletar.
Nasionalis kalah. Chiang Kai Shek melarikan diri. Terbang ke Taiwan. Dengan seluruh angkatan udaranya. Termasuk anaknya: Jenderal Chiang Jingkuo.