Penyewa Rumah Semakin Tertekan Akibat Kenaikan Biaya Hidup di Australia

Siobhan mengaku berada dalam daftar tunggu untuk mendapatkan perumahan sosial bersubsidi selama dua setengah tahun terakhir. Kini dia khawatir bisa menjadi tunawisma.
"Tapi saya merasa sangat beruntung. Saya tahu ada orang lain yang kondisinya jauh lebih buruk," ujarnya.
Jumlah rumah terjangkau menyusut
Sebuah laporan dari salah satu organisasi penyewa rumah (RAHU) pada bulan Februari lalu menyebut 91 persen klien mereka mengalami tekanan akibat biaya sewa rumah.
Laporan bernama Roofs For Ransom ini mengambil data hingga Oktober 2021, sebelum inflasi memuncak.
Data Biro Statistik Australia menyebut penyewa menghabiskan lebih dari 30 persen pendapatan rumah tangga untuk biaya sewa.
Ketua RAHU Eirene Tsolidis Noyce kepada ABC News menjelaskan data lembaganya menunjukkan rata-rata sewa bulanan telah meningkat A$250 (sekitar Rp2,5 juta) tahun ini.
"Meningkatnya biaya hidup, stagnasi upah dan kenaikan harga sewa telah menjadi masalah besar dalam enam bulan terakhir," katanya.
Penyewa menghadapi tiga pukulan sekaligus, yaitu harga sewa dan biaya kebutuhan pokok yang meningkat, serta semakin langkanya rumah sewa yang harganya terjangkau.
Untung saja Siobhan Joseph menyukai suhu dingin. Karena selama musim dingin, warga Sydney, Australia, ini tak mampu membayar biaya pemanas di tempat tinggalnya.
- Sulitnya Beli Rumah Bagi Anak Muda Jadi Salah Satu Topik di Pemilu Australia
- Rusia Menanggapi Klaim Upayanya Mengakses Pangkalan Militer di Indonesia
- Dunia Hari Ini: Siap Hadapi Perang, Warga Eropa Diminta Sisihkan Bekal untuk 72 Jam
- Rusia Mengincar Pangkalan Udara di Indonesia, Begini Reaksi Australia
- Dunia Hari Ini: Katy Perry Ikut Misi Luar Angkasa yang Semua Awaknya Perempuan
- Dunia Hari Ini: Demi Bunuh Trump, Remaja di Amerika Habisi Kedua Orang Tuanya