Peran Bioinformatika dalam Pencarian Vaksin COVID-19
Menurut Arli, virus ini memiliki beberapa klaster, yang dimungkinkan berkembang menjadi beberapa subtype. Fenomena ini juga terjadi pada virus lain, seperti HIV, Flu, dan Dengue/DENV.
Konsekuensinya, desain vaksin ke depannya sangat mungkin harus membuat tulang punggung atau backbone yang dapat meng-cover semua klaster, yang bukannya tak mungkin akan berkembang menjadi subtype sendiri.
“Tantangan terbesar semua ini adalah materi genetic SARS-CoV-2 yang berupa RNA, sehingga sangat mudah bermutasi. Ini yang menyebabkan pengembangan vaksin sangat menantang, walaupun jika menggunakan ilmu bioinformatika dan instrument biomedis molekuler termutakhir, kemungkinan berhasil selalu ada,” pungkasnya.(mg7/jpnn)
Penyebab penyakit COVID-19 dapaat dianalisis oleh ilmu bioinformatika dalam pencarian vaksin virus tersebut.
Redaktur & Reporter : Djainab Natalia Saroh
- Usut Kasus Pengadaan APD Covid-19, KPK Periksa Song Sung Wook dan Agus Subarkah
- Saksi Ungkit Jasa Harvey Moeis dalam Penanganan Covid, Lalu Ungkap Pesan Jokowi & BG
- Usut Kasus Korupsi di Kemenkes, KPK Periksa Dirut PT Bumi Asia Raya
- AHF Indonesia Dorong Peran Asia dalam WHO Pandemic Agreement
- Kasus Korupsi Proyek APD Covid-19, KPK Jebloskan Pengusaha Ini ke Sel Tahanan
- Korupsi Insentif Nakes RSUD Palabuhanratu, Polda Jabar Tangkap 3 Tersangka Baru