Perang Dagang Sampai ke Kaviar

Oleh Dahlan Iskan

Perang Dagang Sampai ke Kaviar
Dahlan Iskan. Ilustrasi: Jawa Pos

Amerika juga mencoba. Di North Carolina. Bukan di danau. Tapi di kolam buatan. Kecil-kecil. Di atas tanah.

Kini harga kaviar di Amerika sedikit lebih mahal. Kaviar Tiongkok dikenai bea masuk 25 persen. Dalam perang dagang sekarang ini.

Tentu tidak masalah. Pemakan kaviar tidak pernah melihat harga. Berapa pun bon yang disodorkan akan dibayar.

Toh membayarnya tidak dengan uang. Mereka membayarnya dengan angka. Yang ada di struk kartu kredit mereka.

Saat pertama kali makan kaviar saya justru tidak tahu: kalau itu kaviar. ‘Barang’ itu ada di mangkok kecil yang disajikan.

Mangkoknya hanya sedikit lebih besar dari tutup botol. Sekali disendok pun sudah habis.

Saya ‘untal’ saja makanan sesendok itu. Sekali suap. Seharga setengah juta rupiah. Habis. Rasanya gurih-gurih-asin. Agak aneh.

Saya bertanya dalam hati: makanan apa ini. Batin saya: pasti ini makanan orang Eropa.

Kaviar adalah telur ikan sturgeon. Kaviar makanan eksklusif. Makanan raja. Kian elite statusnya kian mahal harganya.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News