Perang Dingin, Tiongkok Minta Perusahaan Tak Beli Kapas Australia
jpnn.com, CANBERRA - Pabrik pengolahan kapas milik perusahaan Tiongkok diminta untuk berhenti membeli bahan baku dari Australia. Instruksi itu menandai hubungan Tiongkok dan Australia yang kian dingin.
Tiongkok merupakan pembeli terbesar untuk bahan baku kapas Australia. Total nilai dagang produk kapas mencapai kurang lebih 900 juta dolar Australia (sekitar Rp9,37 triliun) untuk tahun produksi 2018/2019.
Hubungan Australia dan Tiongkok dalam beberapa tahun terakhir ini merenggang setelah Canberra menuduh Beijing ikut campur urusan dalam negeri Australia.
Relasi dua negara kian memburuk setelah Perdana Menteri Australia Scott Morrion mendesak komunitas internasional untuk menyelidiki asal usul COVID-19, yang pertama kali ditemukan di Kota Wuhan, Tiongkok, akhir tahun lalu.
"Pabrik itu tentu mendapat kuota impor dan mereka menerima informasi bahwa mereka tidak akan mendapat kuota impor tahun depan jika membeli kapas kami," kata seorang pejabat Pemerintah Australia yang menerima informasi tersebut dari sejumlah perwakilan Australia di Tiongkok.
Jika perusahaan Tiongkok tetap membeli kapas dari Australia, mereka akan diwajibkan membayar 40 persen tarif/bea masuk, kata sumber tersebut, yang menolak menyebutkan nama karena tidak berwenang menyampaikan informasi itu ke media.
Menteri Perdagangan Australia Simon Birmingham lewat surat elektronik mengatakan pemerintah "mengetahui adanya perubahan pada syarat dan ketentuan ekspor" kapas.
Kedutaan Tiongkok di Australia belum menanggapi pertanyaan terkait masalah tersebut.
Pabrik pengolahan kapas milik perusahaan Tiongkok diminta untuk berhenti membeli bahan baku dari Australia
- Jujur, Nova Arianto Kurang Puas Timnas U-17 Indonesia Imbang Melawan Australia
- Timnas U-17 Indonesia Lulus ke Piala Asia U-17 2025
- Jadwal Indonesia vs Australia U-17 setelah Garuda Muda Menang Besar
- Prabowo Targetkan Indonesia Swasembada Pangan, Bagaimana Reaksi Australia?
- Terima Kunjungan Glen Askew, Pemprov Jateng Tawarkan Investasi Ke Australia
- Pendidikan di Australia Mengkhawatirkan karena Sistemnya Rusak?