Perang Diskon Bisa Berefek Negatif
Menurut dia, diskon bisa dilakukan jika target dan tujuannya jelas. Misalnya, tidak apa-apa rugi dulu asal produk dan lokasi usahanya terkenal. Jika tujuannya sudah seperti itu, perlu dipikirkan juga metode dan produknya seperti apa.
’’Public image mengatakan, barang yang tidak diskon pasti dilipat rapi. Beda dengan barang diskon yang dibiarkan acak-acakan. Artinya, kualitas produk yang ditawarkan rendah,’’ tutur dia.
Dia juga menjelaskan, pengusaha boleh untung besar dengan diskon tersebut. Tapi, yang perlu diperhatikan adalah prospek ke depannya. Sebab, momen itu tidak mungkin dibuat permanen.
Pengusaha harus memikirkan bahwa ketika membuat satu atau dua momen promo, ke depan produknya harus shuttle. Jadi, mindset produk dan keuntungan terpelihara. Selain itu, konsumen merasa yakin tidak bisa ganti produk lagi.
Mengenai sasaran diskon, Asep berkata, hal itu tergantung segmen. Misalnya, jika produknya untuk kalangan menengah ke bawah. Maka, pengusaha harus tembak semua konsumen dari kalangan tersebut. Atau, jika produknya rumahan. Maka, yang jadi sasaran adalah masyarakat menengah ke bawah. S
elain itu, bisa dengan cara pandang geografis. Contohnya, produk selimut tentu dipasarkannya di pegunungan. Tidak di pantai. ’’ Cara pandang marketing seperti ini yang harus dipertajam,’’ pungkasnya. (jar/tam)
CIBEUNYING KIDUL – Menjelang akhir tahun, sejumlah pertokoan menggelar diskon besar-besaran kepada para konsumen. Pasalnya, pada momen ini
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
- Kebutuhan Tepung Panir Capai Rp 1 Triliun, BRRC Optimistis Kuasai Pasar
- Brigit Biofarmaka Teknologi Hadirkan Spirulina, Inovasi Pengganti Susu Sapi
- Sepanjang 2024, Surveyor Indonesia Verifikasi 43 Komoditas Barang Impor
- F-PAN Apresiasi Keberhasilan Pemerintah Mengatasi 10 Tantangan Ekonomi di 2024
- Kabar Awal Tahun, Pertamina Menaikkan Harga BBM
- Volume Peti Kemas di JICT 2024 Tembus 2,2 Juta TEUs