Perang Diskon Rusak Industri Kafe Jatim

”Di Surabaya, kini banyak kafe dan restoran dengan harga jual makanan sekitar Rp 20 ribu. Nah, semuanya berlomba menarik pasar,” ungkapnya.
Konsultan Bisnis Food and Beverage Mutiara Cuisine Luther Lie menjelaskan, untuk menghadapi persaingan ketat di dunia restoran, hal yang paling tepat untuk bisa survive adalah bermain promosi.
”Tidak promo ke arah diskon lagi. Hal terbaik adalah kolaborasi dengan usaha atau restoran lain. Namanya konsep pop-up,” katanya.
Maksudnya, restoran-restoran melakukan usaha bersama untuk mendapat konsumen dari pasar yang lain. ’’Semacam sharing,” ucap Luther.
Kini, hal itu banyak dilakukan di Jakarta dan luar negeri.
Salah satu bentuk kerja samanya adalah tidak bergantung pada diskon.
Menurut Luther, konsumen Surabaya sebenarnya sangat loyal.
Buktinya, banyak restoran besar yang mampu bertahan lama tanpa diskon besar-besaran.
Kinerja industri kafe dan restoran di Jawa Timur (Jatim) cenderung stagnan.
- Perkuat Hubungan Dua Negara, Mohsein Saleh Al Badegel Pertemukan Bamsoet & KADIN Saudi
- Said Iqbal Desak Permendag 8 Dicabut karena Merugikan Usaha Lokal & Buruh
- Dukung Industri Garmen, Bea Cukai Beri Izin Fasilitas Kawasan Berikat ke Perusahaan Ini
- Kemenperin Segera Diskusi dengan Gubernur Bali soal Pelarangan AMDK di Bawah 1 Liter
- Lawatan Prabowo ke Luar Negeri Memperkuat Diplomasi Kawasan, Kemenlu: Ini Hasilnya
- Ini Peran Strategis Bea Cukai dalam Sinergi Instansi untuk Mendorong Ekonomi Daerah