Perang Dunia III

Oleh Dhimam Abror Djuraid

Perang Dunia III
Konflik Rusia Vs Ukraina. Ilustrasi: Sultan Amanda/JPNN.com

Bayangan kondisi buruk itu sekarang muncul lagi di kalangan masyarakat Rusia akibat konflik dengan Ukraina. Ketegangan dengan negara yang pernah menjadi bagian dari Uni Soviet itu sudah berlangsung sejak ambruknya sistem komunis Soviet dan negara-negara kecil itu memerdekakan diri.

Baca Juga:

Rusia selalu ingin menegaskan dominasinya terhadap Ukraina. Akan tetapi, Ukraina tetap mempertahankan kemerdekaannya dengan gigih.

Rusia geram, tetapi dipaksa untuk bersabar. Perang akan selalu memakan biaya mahal, dan salah hitung dalam perang akan berakibat fatal.

Peperangan militer memperebutkan wilayah yang saling berbatasan langsung adalah bagian dari sejarah panjang geopolitik internasional. Pada masa Perang Dingin, Amerika dan Uni Soviet saling gertak dan tidak pernah terlibat perang secara langsung.

Uni Soviet bisa menembakkan rudal langsung ke Finlandia yang berbatasan langsung. Finlandia -yang dilindungi oleh Amerika karena menjadi bagian dari Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO)- selalu merasa terancam oleh Uni Soviet, karena  wilayahnya yang berbatasan langsung.

Kendati demikian selama perang dingin hampir setengah abad tidak pernah insiden serangan langsung dari Uni Soviet ke Finlandia. Hal yang sama terjadi antara Tiongkok dan Taiwan yang hanya dipisahkan oleh selat kecil.

Tiongkok bisa menyerang Taiwan setiap saat. Taiwan juga selalu merasa terancam oleh serangan Tiongkok.

Namun, sejak Taiwan memisahkan diri dari daratan Tiongkok pada 1949 sampai sekarang, tidak pernah terjadi perang terbuka. Konflik kecil sering kali terjadi, tetapi belum pernah terjadi sekalipun perang terbuka.

Pepatah Jawa menyebutnya 'tiji tibeh' atau mati satu, mati semua. Perang Dunia Ketiga -sebagaimana diembus-embuskan di media sosial- tidak akan terjadi karena semua pihak sudah menyadari akan hancur bersama-sama.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News