Perang Ketupat, Tradisi Warga Desa Kapal Bali untuk Memohon Kemakmuran
Senin, 14 Oktober 2019 – 09:12 WIB

Warga melempar ketupat ke arah warga lainnya dalam tradisi perang ketupat di Desa Kapal, Badung, Bali, Minggu (13/10). Foto: Nyoman Hendra Wibowo/Antara
Menurutnya, tradisi itu sudah didasari atas ajaran agama yang dapat dipakai untuk melestarikan budaya dan tradisi Bali sekaligus meningkatkan ajaran agama dan tradisi yang ada.
"Agama dan tradisi itu yang harus terus dijaga salah satunya dengan aturan-aturan yang berlaku di adat," ujar Suiasa.
Ia mengatakan, pelaksanaan tradisi tersebut memiliki sejumlah tujuan. Diantaranya adalah untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran, sebagai simbol kekuatan dan keempat adalah wujud dari persatuan.
Pada kesempatan tersebut, Ketut Suiasa menyerahkan bantuan dana sebesar Rp 100 juta untuk mendukung kegiatan tradisi itu yang diterima oleh Bendesa Adat Kapal Ketut Sudarsana. (antara/jpnn)
Tradisi dilakukan dengan saling melemparkan ketupat antara kelompok laki-laki yang melempar simbol Purusa dan kelompok wanita yang melempar ketupat dengan simbol Predana.
Redaktur & Reporter : Rah Mahatma Sakti
BERITA TERKAIT
- BPKN Sebut Kebijakan Gubernur Bali Soal AMDK di Bawah 1 Liter Beri Dampak Negatif
- Rayakan Liburan Paskah yang Mewah di The Ritz-Carlton Bali
- Kemenperin Segera Diskusi dengan Gubernur Bali soal Pelarangan AMDK di Bawah 1 Liter
- Larangan Air Kemasan di Bawah 1 Liter Dinilai Baik untuk Masa Depan Bali
- Pemprov Bali Larang Jual AMDK di Bawah 1 Liter, ADUPI: Ini Masalah Baru Bagi Industri Daur Ulang
- Peluncuran Produk Spa Mewah Valmont di The Ritz-Carlton Bali