Perang Listrik

Oleh: Dahlan Iskan

Perang Listrik
Dahlan Iskan. Foto/ilustrasi: Ricardo/JPNN.com

Melihat ancaman Ontario itu Trump naik pitam: dia akan mengeluarkan dekrit darurat listrik di Amerika. Bahkan, tarif yang 25 persen tadi dia naikkan lagi menjadi 50 persen yang akan berlaku tanggal 2 April –kalau tidak dia ralat.

Trump sebenarnya ingin tarif baru itu berlaku mulai 1 April. Akan tetapi nanti disangka April mop –tradisi dibolehkan nge-prank di tanggal 1 April.

Saya sulit menduga-duga langkah darurat apa yang akan dilakukan Trump di bidang listrik.

Mungkinkah dia akan membeli 1,5 juta genset kecil untuk 1,5 juta jiwa itu –sekalian membantu produksi genset dalam negeri? Atau melakukan nasionalisasi jaringan listrik milik Kanada di desa-desa Amerika –direbut untuk menjadi milik Amerika?

Kini mengadakan genset 27 MW tidak sulit, apalagi ini Amerika. Di Lhokseumawe, Aceh, saja ada genset ukuran 20 MW. Sebanyak 13 sampai 15 unit. Total kapasitasnya sekitar 250 MW. Kalau tidak salah itu milik Wartsila, Finlandia.

Atau Trump akan ambil langkah sapu jagat ini: mengizinkan kembali PLTU-PLTU yang sudah dipensiunkan dini untuk beroperasi. Itu PLTU batu bara yang dipensiunkan dini oleh Presiden Joe Biden atau Barack Obama –musuh utama Trump.

Demokrat sangat anti-batu bara. Trump sebaliknya.

Ternyata Trump tidak hanya keras ke Tiongkok. Dia juga keras ke sahabat terdekatnya, bahkan Trump blak-blakan tidak perlu sedikit pun barang dari Kanada. Baja, aluminium, mobil, hasil bumi, katanya, semua bisa didapat di Amerika.

Sedunia kini jengkel kepada Trump. Dia tidak peduli. Mungkin dunia perlu mengerahkan PBB –Persatuan Buzzer Buzzer– sedunia untuk terus memancing emosinya.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News