Perang Sabah dan 'Perang' Politik Dalam Negeri Malaysia

Perang Sabah dan 'Perang' Politik Dalam Negeri Malaysia
Perang Sabah dan 'Perang' Politik Dalam Negeri Malaysia
Saat Jawa Pos meliput di Lahad Datu (4-13 Maret), Tian Chua sebenarnya juga hendak datang ke kota tempat perang berlangsung itu. Namun, karena alasan keamanan dia membatalkan kunjungannya. Pada Jawa Pos, Tian Chua bersedia diwawancarai melalui telepon dan dilanjutkan dengan wawancara melalui email pribadinya.

Saat ditanya apakah operasi Daulat berjalan efektif, aktivis kelahiran 21 Desember 1963 itu menilai semua berjalan tidak transparan. "Terlalu banyak pertanyaan yang belum terjawab di benak masyarakat. Akses media pun sangat terbatas," ujarnya.

Anggota parlemen Malaysia dari daerah pemilihan Batu itu menjelaskan asal mula dirinya menjadi the most wanted man di Malaysia. "Pernyataan saya telah dipolitisasi. Saya menyebut operasi di Lahad Datu itu bisa jadi merupakan upaya pengalihan perhatian karena ada kontroversi terkait pemberian kartu identitas untuk warga asal Filipina agar bisa memilih," katanya.

Pernyataan itu disampaikan Tian Chua pada Februari sebelum jatuh korban di kedua belah pihak. Belakangan, pernyataannya dipublikasikan ulang setelah ada anggota polisi dan tentara yang tewas. "Partai penguasa sekarang mengincar saya sebagai musuh publik. Ini adalah intimidasi bagi oposisi," tambahnya.

LAHAD DATU - Peperangan antara pasukan gerilyawan Sulu melawan 10 ribu pasukan tentara Malaysia masih berlangsung. Hingga kemarin (19/3) dilaporkan

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News