Perang Sawit & Black Campaigne
Jumat, 13 Agustus 2010 – 00:01 WIB
Minyak kedele yang “beribukota” di luar negeri itu tampaknya harus kalah pada minyak sawit yang bertahta di Indonesia (dan Malaysia). Jika dari satu hektare kebun sawit bisa menghasilkan tujuh ton minyak, ternyata satu hectare kebun kedele hanya menghasilkan 0,45 ton minyak kedele dalam setahun. Maklum, tanaman sawit adalah tanaman tahunan yang berbuah sepanjang tahun. Sementara kedele adalah tanaman yang berbuah musiman.
Baca Juga:
Mencermati prosfektif sawit yang cerah itu, saya menduga-duga, jangan-jangan inilah penyebab mengapa beberapa tahun ini terdengar black campaigne terhadap produk sawit kita. Beberapa LSM atau NGO internasional menggembar-gemborkan seolah-olah kebun sawit sebagai perusak lingkungan. Bukan kebetulan pula jika NGO dimaksud berbasis di berbagai Negara yang tak mempunyai kebun sawit.
Saya merasa ada semacam hyperbola yang terpampang di pentas sawit internasional. Sederhana saja, industry sawit nasional hanya mempunyai areal kebun sawit seluas 7,5 juta hectare alias hanya 6% dari luas hutan Indonesia seluas 130 juta hectare. Bukankah tuduhan itu terlalu dibesar-besarkan?
Tak pelak di balik semua isu itu jangan-jangan ada agenda tersembunyi. Saya sendiri menyebutnya sebagai “perang sawit” yang akan berkecamuk di seluruh dunia.