Perang Terpanjang dalam Sejarah Amerika Serikat Resmi Berakhir
Bagram, satu jam perjalanan ke utara Kabul, adalah tempat militer AS mengoordinasikan perang udara dan dukungan logistiknya untuk seluruh misi Afghanistan. Taliban berterima kasih kepada mereka karena pasukan AS pergi.
"Kami menganggap penarikan ini sebagai langkah positif. Warga Afghanistan bisa lebih dekat dengan stabilitas dan perdamaian dengan penarikan penuh pasukan asing," kata juru bicara Taliban Zabihullah Mujahid.
Para warga Afghanistan lainnya bersikap lebih hati-hati. "Amerika harus meninggalkan Afghanistan dan harus ada perdamaian di negara ini," kata penduduk Kabul, Javed Arman.
Namun dia menambahkan, "Kami berada dalam situasi yang sulit. Kebanyakan orang telah meninggalkan distrik mereka dan beberapa distrik telah jatuh. Tujuh distrik di Provinsi Paktia sudah jatuh dan sekarang di bawah kendali Taliban."
Lebih dari 3.500 tentara internasional tewas di Afghanistan. Seorang diplomat Barat di Kabul mengatakan Washington dan sekutu-sekutnya di NATO telah "memenangkan banyak pertempuran, tetapi kalah dalam perang Afghanistan.
Situs hitam
Di pangkalan militer Bagram, CIA menjalankan pusat penahanan. Di fasilitas itu, para tersangka teroris menjadi sasaran pelecehan --tindakan yang kemudian disebut oleh Presiden Barack Obama sebagai penyiksaan.
Pangkalan itu kemudian berkembang menjadi kota berbenteng yang luas untuk kekuatan militer internasional yang besar. Di dalamnya, ada restoran cepat saji, pusat kebugaran, dan kafe yang menyajikan kopi-kopi unggulan.
Pasukan Amerika Serikat (AS) ditarik keluar dari pangkalan militer utama mereka di Afghanistan pada Jumat, mengakhiri secara efektif perang terpanjang dalam sejarah AS
- Indonesia Merapat ke BRICS, Dubes Kamala Tegaskan Sikap Amerika
- Ngebet Usir Imigran, Donald Trump Bakal Kerahkan Personel Militer
- Trump Bakal Menghukum Petinggi Militer yang Terlibat Pengkhianatan di Afghanistan
- Joe Biden Izinkan Ukraina Pakai Rudal Jarak Jauh AS untuk Serang Rusia
- Medali Debat
- Prabowo Bertemu Joe Biden, Bahas Situasi di Gaza