Perangi Radikalisme, Fatayat NU Siapkan 1.000 Dai Wanita

Selain itu, mereka juga dibekali keterampilan tentang cara-cara mendeteksi bila ada gerakan-gerakan berbau radikalisme dan terorisme di masyarakat.
Anggia melanjutkan, deteksi di lingkungan dan komunitas masing-masing itu bisa dijalankan kader-kader Fatayat NU yang berada di grass root.
Kalau itu berjalan baik, dia yakin pencegahan radikalisme dan terorisme bisa lebih efektif.
"Selama ini, bila ada gerakan di RT/RW masing-masing, atau ada yang ingin mengganti asas negara menjadi daulah, kami belum punya keterampilan untuk meresponsnya. Nantinya dengan adanya daiyah anti-radikalisme itu, hal-hal semacam ini akan lebih mudah diantisipasi," tuturnya.
Selain itu, Anggia juga mengajak kaum perempuan untuk tidak gagap teknologi (gaptek).
Pasalnya, saat ini komunikasi melalui internet (dunia maya) menjadi sasaran penyebaran radikalisme dan terorisme. Karena itu, kaum perempuan tidak alergi menggunakan media sosial (medsos).
"Mau tidak mau, kaum ibu harus ikut gaul menggunakan medsos, paling tidak memantau anak-anak kita saat menggunakan gagdet," pungkas Anggia. (jos/jpnn)
Radikalisme tidak hanya menyasar kaum laki-laki dan generasi muda.
Redaktur & Reporter : Ragil
- Komisi VI DPR Sidak Jasa Marga, Pastikan Kesiapan Arus Mudik Lebaran 2025
- Komisi VI DPR Apresiasi Langkah Strategis Telkom Perkuat Ekosistem Data Center Indonesia
- Dulu Usut Teroris, Kini Brigjen Eko Hadi Dipilih jadi Dirtipid Narkoba Bareskrim
- Akademisi: Sebagian WNI di Suriah Layak Mendapat Kesempatan Kedua
- Rapat Kerja dengan BNPT, Sugiat Apresiasi Zero Aksi Teror di 2024
- Paguyuban Ikhwan Mandiri Dukung Program Ketahanan Pangan