Perangi Radikalisme, Fatayat NU Siapkan 1.000 Dai Wanita
Selain itu, mereka juga dibekali keterampilan tentang cara-cara mendeteksi bila ada gerakan-gerakan berbau radikalisme dan terorisme di masyarakat.
Anggia melanjutkan, deteksi di lingkungan dan komunitas masing-masing itu bisa dijalankan kader-kader Fatayat NU yang berada di grass root.
Kalau itu berjalan baik, dia yakin pencegahan radikalisme dan terorisme bisa lebih efektif.
"Selama ini, bila ada gerakan di RT/RW masing-masing, atau ada yang ingin mengganti asas negara menjadi daulah, kami belum punya keterampilan untuk meresponsnya. Nantinya dengan adanya daiyah anti-radikalisme itu, hal-hal semacam ini akan lebih mudah diantisipasi," tuturnya.
Selain itu, Anggia juga mengajak kaum perempuan untuk tidak gagap teknologi (gaptek).
Pasalnya, saat ini komunikasi melalui internet (dunia maya) menjadi sasaran penyebaran radikalisme dan terorisme. Karena itu, kaum perempuan tidak alergi menggunakan media sosial (medsos).
"Mau tidak mau, kaum ibu harus ikut gaul menggunakan medsos, paling tidak memantau anak-anak kita saat menggunakan gagdet," pungkas Anggia. (jos/jpnn)
Radikalisme tidak hanya menyasar kaum laki-laki dan generasi muda.
Redaktur & Reporter : Ragil
- BNPT Dorong Kolaborasi Multipihak untuk Cegah Ekstremisme Berbasis Kekerasan yang Mengarah pada Terorisme
- Peringati Hari Pahlawan, Yayasan Gema Salam Wujudkan Semangat Nasionalisme
- Datangi Indekos, Densus 88 Antiteror Lakukan Tindakan, Apa yang Didapat?
- BNPT Beri Perlindungan Khusus Kepada Anak Korban Terorisme
- Fraksi PKB DPR Sampaikan Komitmen di Depan Demonstran RUU Masyarakat Adat
- Irjen Eddy Hartono Jadi Kepala BNPT, Sahroni Minta Lanjutkan Pencapaian Zero Terrorist Attack