Perangko Lelap

Oleh: Dahlan Iskan

Perangko Lelap
Dahlan Iskan (Disway). Foto: Ricardo/JPNN.com

"La," jawabnya.

"Mau umrah juga?" tanya saya ke yang si Yaman.

"La," jawabnya.

Selesai makan, si Yaman bicara dengan awak bus yang lagi makan di lesehan sebelah. Dia memberi tahu awak bus bahwa saya mau umrah.

Saya paham: agar bus berhenti di tempat miqat. Yakni tempat di mana orang yang akan umrah harus ganti ke pakaian ihram. Tanpa pakaian ihram umrahnya tidak sah.

Saya memang sudah bawa pakaian ihram: dua lembar kain putih. 120 x 240 cm. Satu untuk bagian bawah badan. Satunya lagi untuk bagian atas. Tidak boleh ada pakaian dalam.

Ada aturan: bus umum harus berhenti di miqot kalau salah satu penumpangnya ada yang mau umrah.

Saya tadi belum sempat memberi tahu awak bus. Juga karena saya punya rencana tersendiri.

Untuk kembali ke Makkah saya siap mental dapat kursi pojok paling belakang tanpa jendela. Toh, saya masih membawa jendela 7-i ke mana-mana.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News