Perawat Australia Tak Lelah Dampingi Pasien Gangguan Jiwa selama 28 Tahun

Perawat Australia Tak Lelah Dampingi Pasien Gangguan Jiwa selama 28 Tahun
Perawat Australia Tak Lelah Dampingi Pasien Gangguan Jiwa selama 28 Tahun

Ketika saya berusia 16 tahun, adik termuda saya tiba-tiba meninggal dunia akibat penyakit yang disebabkan kuman virus. Ia saat itu masih berusia 4 tahun. Saya seperti ibu kedua baginya, mengingat ia lahir setahun setelah kami tiba di Australia. Kondisi itu membuat keluarga saya berantakan. Ibu saya merasa hancur. ia mengurung diri di dalam kamar selama berbulan-bulan. Pad akhirnya, ia dimasukkan ke rumah sakit dengan diagnosa penyakit kejiwaan -pulmonary embolism atau tersumbatnya arteri paru. Saya suka menyebut kondisi ini sebagai dampak fisik dari patah hati. Artinya, dalam terminologi medis, penderitanya akan didiagnosa mengalami depresi berat. Aspek ini sempat hilang dari serangkaian perawatan ibu saya.

Saya telah melihat bagaimana diskoneksi dalam keluarga dan budaya bisa menciptakan isolasi dan membatasi akses dukungan bagi orang-orang yang membutuhkan.

Keluarga saya adalah salah satu contoh betapa sebagian besar waktu, kami ditinggalkan sendiri. Ketika saya mulai praktek sebagai perawat kejiwaan di tahun 1987, saya bekerja di Rumah Sakit Jiwa Footscray (kini ak beroperasi lagi). Ada begitu banyak orang Vietnam yang menunjukkan kondisi psikotik. Banyak dari mereka memiliki pengalaman traumatik dan hanya ada sedikit kesempatan untuk memahami budaya mereka atau dukungan yang tersedia bagi mereka saat itu.

Mereka takut bertanya kepada penerjemah karena saat itu jumlah penerjemah sangat terbatas dan orang tua kami percaya bahwa penerjemah ini akan bergosip tentang mereka di tengah komunitas Vietnam yang kecil dan menceritakan aib mereka.

Pemahaman mereka tentang penyakit adalah bahwa seseorang yang telah memberi kutukan atau 'ilmu hitam' pada mereka juga ditindak saat itu. Saya ingin mengatakan bahwa hal ini telah berubah. Sebagai anggota medis, saya diingatkan untuk menimbang aspek budaya dari seseorang yang kita rawat dan mencoba mengerti mengapa mereka mau mewakili pengobatan ini. Kami tak hanya mencoba menghilangkan penderitaan, tapi sekaligus tertantang untuk menyimak kisah ketangguhan dan harapan yang mereka punya.

Dalam video ini, Suzette menyanyikan 'Old Brown Suitcase' untuk menggambarkan keluarganya di Sri Lanka dan Australia (Foto: Suzette Herft)

Saya merasa penderitaan dan pengalaman terasing yang saya rasakan, mengarah pada panggilan hidup saya sebagai perawat kejiwaan. Saya merasa dipanggil 'si penyembuh luka'. Saya bisa memahami bagaimana rasanya tak memiliki siapa-siapa dan patah hati...sesuatu yang pasien saya tahu cukup dalam. Kesempatan untuk duduk dan berbicara soal luka mereka yang begitu dalam adalah salah satu anugerah bagi mereka. Hal ini juga mengajarkan saya soal ketangguhan dan harapan serta keinginan seseorang untuk hidup sebaik-baiknya dan lebih melihat diri mereka di luar diagnosa. Mereka mengajarkan saya tentang arti keberanian sesungguhnya...untuk hidup sebaik-baiknya di samping adanya kekurangan.

Perasaan terasing dan kehidupan yang keras adalah hal biasa yang dialami para imigran. Itulah mengapa profesi perawat khusus, seperti yang digeluti

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News