Perawat Memiliki Risiko Tertinggi Tertulari Covid-19, Insentif dan Perlindungan Masih Terlambat

jpnn.com, JAKARTA - Ketua Umum Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Hanif Fadhillah menyebut perawat yang terinfeksi Covid-19 makin banyak.
Menurut Hanif, hal ini harus menjadi perhatian bagaimana tenaga kesehatan bisa mendapatkan perlindungan yang cepat dalam menangani Covid-19.
"Program testing yang belum meningkat, belum banyak. Untuk pasien saja sedikit, bagaimana perawat," kata Hanif dalam siaran YouTube BNPB, Rabu (17/3).
Hanif mengatakan seharusnya perawat dapat secara rutin menjalani tes usap dengan metode polymerase chain reaction (PCR), minimal satu bulan atau dua minggu sekali.
Menurutnya, hal ini untuk mengetahui dengan cepat apakah mereka positif Covid-19 atau tidak.
“Supaya bisa istirahat mendapatkan tindakan, sehingga tidak terjadi hal yang buruk," ujar Hanif.
Dia menjelaskan perawat memiliki beban kerja yang cukup tinggi.
Misalnya seperti beban kerja yang sistemnya shift.
Ketua PPNI Hanif Fadhillah menyebut makin banyak perawat yang terinfeksi Covid-19. Tenaga kesehatan harus mendapatkan perlindungan.
- Uhamka Siapkan Tenaga Medis Profesional untuk Kebutuhan Nakes di Arab Saudi
- Isu COVID & Lab Wuhan Mencuat Lagi, China Gercep Membela Diri
- Bersama Kemenkes, HDI Perkuat Dukungan bagi Tenaga Kesehatan
- Sidang Tuntutan Korupsi APD Covid-19 di Sumut Ditunda, Ini Masalahnya
- Trump Bikin Gebrakan Hari Pertama, Langsung Teken Keppres agar AS Keluar dari WHO
- Mengenal Jurusan Keperawatan, Ini Prospek Karier dan Peluangnya di Masa Depan