Perbedaan Pelaku Teror Zaman Dulu dengan Teroris Masa Kini
jpnn.com - MANTAN instruktur perakitan bom Jamaah Islamiyah Wakala Jawa Timur Ali Fauzi menjelaskan bahwa saat ini memang sudah terjadi pergeseran target operasi kelompok teror di Indonesia. Dalam catatannya di koran Jawa Pos (Induk JPNN), Jumat (15/1), Ali mejelaskan perbedaan perilaku kelompok teror terdahulu dengan kelompok zaman sekarang.
Menurut Ali, dulu target serangan merupakan far enemy (musuh jauh seperti Amerika melalui serangan terhadap simbol-simbolnya seperti kedutaan besar), sekarang yang menjadi target adalah near enemy (musuh dekat).
Bisa dirunut dari serangan teror generasi pertama. Misalnya bom Bali 1 dan 2; lalu bom JW Marriott 1 dan 2; disusul dengan bom Kedubes Australia di Jalan Rasuna Said, Kuningan Jakarta. Serangan-serangan itu dilakukan dengan bom berskala besar.
Mulai bom seberat 1,5 ton yang digunakan dalam Bali blast 2002 hingga yang paling kecil, yakni bom 250 kg.
Umumnya, para pelaku bom di Indonesia pada 2000-2009 adalah veteran perang Afghanistan dan punya kombatan yang tak bisa dipandang sebelah mata. Ada Ali Imron, Ali Ghufron alias Mukhlas, Imam Samudera, Dr Azahari, dan Noordin M. Top. “Mereka secara khusus dilatih ilmu cara merakit bom dari bahan-bahan peledak yang low explosive hingga high explosive di beberapa kamp militer Al Qaeda,” tulisnya.
Namun, menginjak 2009-2016, serangan justru menyasar target lokal atau near enemy. Ada bom bunuh diri di Mapolres Cirebon, penembakan polisi di Jakarta, bom Mapolres Poso, penembakan polisi di Bima, dan sejumlah kasus lain. (bersambung/mas)
MANTAN instruktur perakitan bom Jamaah Islamiyah Wakala Jawa Timur Ali Fauzi menjelaskan bahwa saat ini memang sudah terjadi pergeseran target operasi
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
- Sesuai Perintah KUHAP, Polda Metro Wajib Hentikan Kasus Firli
- Peserta TMS Kelulusan PPPK Tahap 1 Bisa Ikut Seleksi Kedua? Cermati Penjelasan BKN
- Jokowi Masuk Daftar Pemimpin Korup versi OCCRP, BCW Desak KPK Lakukan Penyelidikan
- PPKGBK Buka Suara soal Penutupan Akses Masuk ke Gedung JCC, Simak
- Aipda Robig Belum Menyerahkan Memori Banding, Begini Penjelasan Polda Jateng
- Eks Sukarelawan Sebut Jokowi Layak Masuk Daftar Pemimpin Korup versi OCCRP