Percayalah, Masyarakat Aborigin Australia Paham Betul Penderitaan George Floyd

Percayalah, Masyarakat Aborigin Australia Paham Betul Penderitaan George Floyd
Aksi demonstrasi saat Pertemuan G20 di Brisbane tahun 2014 memprotes kematian sejumlah warga Aborigin dalam tahanan. (ABC News: Giulio Saggin)

Padahal kejadiannya tak berselang lama setelah puluhan ribu orang melakukan aksi demo menentang Hari Australia dan perubahan iklim. Hanya berjarak beberapa blok dari sana.

Sampai sekarang pun tak ada petugas yang didakwa atas kematian Dungay.

Protes terbesar soal kematian dalam tahanan di Australia saya saksikan tahun lalu di Alice Springs.

Seorang remaja dari suku Walpiri, Kumanjayi Walker (19), tewas di rumahnya setelah diduga ditembak oleh seorang polisi kulit. Kejadian ini berlangsung di Yuendumu, suatu komunitas terpencil yang dihuni sekitar 1000 orang.

Dalam aksi protes itu, ratusan orang melakukan perjalanan berjam-jam dari rumah mereka di kawasan tengah Australia dan menduduki alun-alun kota Alice Springs.

Percayalah, Masyarakat Aborigin Australia Paham Betul Penderitaan George Floyd Video: Unjuk rasa di Alice Springs (ABC News)

 

Ada kerumitan lain bagi masyarakat pribumi seperti ini, sebab Bahasa Inggris bukanlah bahasa utama mereka. Menentukan siapa yang tampil bicara juga harus melalui protokol budaya setempat.

Saya menemui seorang ibu yang menggendong bayinya dan mengaku sangat khawatir bila nanti anaknya itu akan berakhir di peti mati dengan luka tembak di tubuhnya.

Kesedihan mendalam yang dirasakan akibat kematian George Floyd di Amerika Serikat sudah sangat dipahami oleh masyarakat Aborigin di Australia

Sumber ABC Indonesia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News