Perdagangan Daging dan Sapi Diselidiki
Kamis, 07 Februari 2013 – 06:35 WIB
Baca Juga:
Pada dasarnya pihaknya mendukung adanya swasembada daging sapi. Namun ada aspek-aspek yang harus dipertimbangkan misalkan harga dan kesiapan. "Estimasi yang ada pada peternak harga tinggi karena tak ada stok, tapi dalam data pemerintah produksi melimpah dan cukup, itu kan gak singkron," katanya. Ia menghimbau agar pemerintah bisa mereview kembali data yang ada secara lebih terperinci. Sehingga keputusan yang diambil tidak salah arah.
Sementara itu Ketua Asosiasi Pengimpor Sapi Indonesia (Aspidi) Thomas Sembiring mengatakan hal yang senada. Ia berkata pemerintah terlalu terpaku dengan target swasembada daging 2014. Padahal sistem dan fakta yang ada belum siap untuk menuju ke sana. "Jangan terlalu drastis penurunannya, harus bertahap. Jangan karena kepentingan 6,4 juta peternak nasib 260 juta penduduk Indonesia jadi korban," katanya.
Ia menerangkan, harga daging sapi yang mahal tak hanya terjadi di Jakarta tapi di seluruh Indonesia. Berdasarkan pantauan Badan Pusat Statistik (BPS) harga sapi di sentra-sentra produksi antara Rp 76 ribu hingga Rp 103 ribu. Misalkansaja di Semarang harga mencapai Rp 76 ribu, Jogjakarta Rp 90 ribu, Kupang Rp 82 ribu, dan Papua Rp 103 ribu.
JAKARTA - Komisi Pengawasan Persaingan Usaha (KPPU) melihat ada indikasi adanya kartel dalam perdagangan daging sapi di Indonesia. Untuk itu KPPU
BERITA TERKAIT
- Perwakilan Nelayan Lobster: Awasi Dugaan Monopoli Ekspor BBL
- Anindya Bakrie Mendukung Target Pertumbuhan Ekonomi 8 Persen di Era Prabowo – Gibran
- BPOM Dukung Pengembangan Industri Bioteknologi Nasional
- Berkomitem Beri Pelayanan Terbaik, IAS Handle Kargo Logistik MotoGP 2024 Mandalika
- Penambahan Stok BBM di Ajang MotoGP Turut Menggerakkan Ekonomi Lokal
- Aktivis Dorong Penggunaan Telur Berstandar Kesejahteraan Hewan yang Lebih Tinggi