Perdagangan Manusia di Indonesia: Dari Pengantin Pesanan Sampai Dijual Suami

Pentingnya memahami pelaku perdagangan manusia
Suster Laurentina mengatakan untuk memerangi perdagangan manusia tidak bisa dilakukan satu pihak saja, melainkan melibatkan masyarakat dan pemerintah di tingkat desa sampai pusat.
Namun, salah satu pihak yang harus dipahami lebih mendalam adalah pelaku perdagangan manusia, menurut Yuniar Paramita Sari, mahasiswa PhD di RMIT, Melbourne.
Yuniar sedang melakukan penelitian terhadap pelaku perdagangan manusia di kalangan pembantu rumah tangga dan di industri seks, dengan kebanyakan pelakunya adalah perempuan.

"Dalam hal pencegahan saya rasa kita harus memahami para pelaku. Selama ini fokus Indonesia dan internasional selalu mengarah pada korban," kata Yuniar yang menempuh studi di School of Global, Urban and Social Studies, RMIT.
"Itu tidak salah, karena korban yang paling menderita di sini," katanya.
Menurut Yuniar yang sudah melakukan penelitian di Jawa Barat, banyak diantara pelaku perdagangan manusia pernah menjadi korban dan sebagian lain adalah anggota keluarga sendiri.
"Di Indonesia susah untuk mengatakan bahwa mereka adalah bagian dari kejahatan transnational, karena kebanyakan dari mereka yang melakukan adalah orang terdekat," kata Yuniar.
Masalah perdagangan manusia di Indonesia memburuk setiap tahunnya, apalagi di tengah situasi pandemi COVID-19
- Paus Fransiskus, Pemimpin Gereja Katolik yang Reformis, Meninggal Dunia pada Usia 88 tahun
- Dunia Hari Ini: PM Australia Sebut Rencana Militer Rusia di Indonesia sebagai 'Propaganda'
- Sulitnya Beli Rumah Bagi Anak Muda Jadi Salah Satu Topik di Pemilu Australia
- Rusia Menanggapi Klaim Upayanya Mengakses Pangkalan Militer di Indonesia
- Dunia Hari Ini: Siap Hadapi Perang, Warga Eropa Diminta Sisihkan Bekal untuk 72 Jam
- Rusia Mengincar Pangkalan Udara di Indonesia, Begini Reaksi Australia