Perdebatan Pilihan Politik di Indonesia Picu Perpecahan Dalam Keluarga
"Mereka sepenuhnya sadar bahwa saya menjalani ajaran agama saya, tetapi tetap saja mereka mempertanyakan apakah saya mengikuti pengajaran yang benar," katanya.
Dia mengatakan sepertinya paman dan bibinya berpikir bahwa mereka adalah Muslim yang lebih baik daripada yang lain.
"Mereka menjadi menghakimi dan juga dengan mudah menuduh orang lain sebagai komunis, pro-Cina, atau pro-Barat."
Gayatri tidak sendirian dalam pengalamannya; banyak orang Indonesia menghadapi perdebatan sengit tentang pilihan-pilihan politik dalam keluarga dan lingkungan pertemanan mereka hampir setiap hari.
Dan kondisi itu semakin intensif menjelang pemilihan 17 April antara Presiden Joko Widodo dan Prabowo Subianto, yang hari Minggu malam tampill dalam debat kedua Minggu (17/2/2019) malam.
Nadirsyah Hosen, dosen senior hukum Islam di Universitas Monash di Melbourne mengatakan politisasi agama memecah belah bangsa hingga ke tingkat akar rumput.
"Apakah ini akan bersifat sementara atau berlanjut setelah pemilihan, masih harus kita lihat," kata Nadisyah Hosen kepada ABC.
Dia mengatakan sementara orang luar, termasuk media barat, mungkin berpikir Indonesia telah bergeser lebih jauh ke kanan karena kalangan ulama, namun tidak semua pengkhotbah radikal.
- Upaya Bantu Petani Indonesia Atasi Perubahan Iklim Mendapat Penghargaan
- Dunia Hari Ini: Tanggapan Israel Soal Surat Perintah Penangkapan PM Netanyahu
- Dunia Hari Ini: Warga Thailand yang Dituduh Bunuh 14 Orang Dijatuhi Dihukum Mati
- Biaya Hidup di Australia Makin Mahal, Sejumlah Sekolah Berikan Sarapan Gratis
- Rencana Australia Membatasi Jumlah Pelajar Internasional Belum Tentu Terwujud di Tahun Depan
- Dunia Hari Ini: Konvoi Truk Bantuan Untuk Gaza Dijarah Kelompok Bersenjata