Perekonomian Melejit 7,07 Persen, Rupiah Kok Ambyar? Begini Penjelasan Analis
jpnn.com, JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat perekonomian Indonesia melejit hingga mencapai 7,07 persen (yoy) pada kuartal II 2021.
Namun, nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Kamis sore tetap melemah 30 poin atau 0,21 persen.
Ternyata, Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi menyebut mata uang Garuda tertekan pernyataan bernada hawkish atau ketat oleh pejabat bank sentral Amerika Serikat (AS), Federal Reserve (Fed).
Rupiah ditutup ambyar di posisi Rp 14.343 per USD dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp 14.313 per USD.
Menurut Ibrahim membaiknya data ekonomi Indonesia pada kuartal kedua 2021 tidak serta merta bisa menopang penguatan rupiah.
"Hal ini disebabkan data eksternal yang begitu kuat dan menahan laju penguatan mata uang rupiah sebelumnya, terutama komentar Wakil Gubernur The Fed Richard Clarida dan membaiknya data ekonomi AS," ujar Ibrahim.
Ibrahim membeberkan menurut Richard, bank sentral berada di jalur untuk memulai kenaikan suku bunga pada 2023 dan kemungkinan pengumuman bertahap akhir tahun ini.
The Fed bahkan mengisyaratkan langkah untuk mengurangi pembelian obligasi akhir tahun ini atau awal tahun depan tergantung pada bagaimana nasib pasar tenaga kerja dalam beberapa bulan ke depan.
Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi membeberkan penyebab kurs rupiah anjlok meski data perekonomian kuartal II 2021 membaik.
- Rupiah Hari Ini Makin Ambyar Terpengaruh IHK Amerika
- Edukasi Mahasiswa di Jateng dan DIY tentang Kepabeanan, Begini Harapan Bea Cukai
- Sentimen Negatif Trump Bikin Rupiah Hari Ini Ambrol 62 Poin
- Efek Pemangkasan Suku Bunga The Fed, Rupiah Hari Ini Cerah
- Angka Pengangguran Capai 7,2 Juta, Paling Banyak SMK
- Sri Mulyani Akui Kemenangan Donald Trump Punya Pengaruh Besar