Perempuan Aborigin Suarakan Masalah Kekerasan Keluarga
"Ada sejumlah perempuan First Nations [sebutan resmi suku Aborigin Australia] yang selalu berbicara satu sama lain tentang dampak [kekerasan]. Kadang-kadang suara-suara itu bisa keras dan kuat, dan di lain waktu mereka masih membutuhkan dorongan," tambah Senator Malarndirri.
Photo: Malarndirri McCarthy memuji aksi yang dilakukan oleh sejumlah perempuan Aborigin. (ABC News: Bridget Brennan)
Perempuan Tangentyere mendidik warga pemukiman soal intervensi awal dan pencegahan kekerasa. Tetapi Shirleen mengatakan kelompoknya juga mencari dana jangka panjang dari pemerintah untuk melanjutkan pekerjaan mereka.
"Kami ingin memberitahu pemerintah untuk mendengarkan kami, berdiri bersama kami dan mendukung kami," katanya.
"Kami bekerja keras dan kami ingin membangun kolaborasi itu dengan Pemerintah berbagi suara, kami ingin program kami dijalankan untuk generasi berikutnya."
Shirleen sendiri adalah seorang ibu lima anak. Menurutnya untuk berbicara dan berupaya membuat perubahan di komunitas kecil mereka pernah jadi hal sulit bagi banyak perempuan di kawasan Tangentyere.
"Empat, lima tahun yang lalu benar-benar menakutkan, benar-benar memilukan. Butuh beberapa waktu bagi saya untuk bisa seperti sekarang dan memiliki perasaan seperti sekarang," katanya.
"Saya merasa sangat kuat dan percaya diri. Kita berharap program ini bisa berjalan untuk generasi mendatang."
- Komunitas Lebanon di Australia Merasa Marah dan Sedih Atas Serangan Israel di Tanah Kelahirannya
- Angka Rabies di Bali Masih Tertinggi di Indonesia Meski Vaksinasi Sudah Dilakukan
- Dunia Hari Ini: Lebanon Mengatakan AS Jadi Kunci dalam Perang dengan Israel
- Dunia Hari Ini: Serangan Udara Israel Menewaskan Hampir 500 Jiwa
- Dunia Hari Ini: Sri Lanka Punya Presiden Baru
- Dunia Hari Ini: Pemimpin Hizbullah Sebut Serangan Israel 'Deklarasi Perang'