Perempuan Aborigin Suarakan Masalah Kekerasan Keluarga

"Ada sejumlah perempuan First Nations [sebutan resmi suku Aborigin Australia] yang selalu berbicara satu sama lain tentang dampak [kekerasan]. Kadang-kadang suara-suara itu bisa keras dan kuat, dan di lain waktu mereka masih membutuhkan dorongan," tambah Senator Malarndirri.

Perempuan Tangentyere mendidik warga pemukiman soal intervensi awal dan pencegahan kekerasa. Tetapi Shirleen mengatakan kelompoknya juga mencari dana jangka panjang dari pemerintah untuk melanjutkan pekerjaan mereka.
"Kami ingin memberitahu pemerintah untuk mendengarkan kami, berdiri bersama kami dan mendukung kami," katanya.
"Kami bekerja keras dan kami ingin membangun kolaborasi itu dengan Pemerintah berbagi suara, kami ingin program kami dijalankan untuk generasi berikutnya."
Shirleen sendiri adalah seorang ibu lima anak. Menurutnya untuk berbicara dan berupaya membuat perubahan di komunitas kecil mereka pernah jadi hal sulit bagi banyak perempuan di kawasan Tangentyere.
"Empat, lima tahun yang lalu benar-benar menakutkan, benar-benar memilukan. Butuh beberapa waktu bagi saya untuk bisa seperti sekarang dan memiliki perasaan seperti sekarang," katanya.
"Saya merasa sangat kuat dan percaya diri. Kita berharap program ini bisa berjalan untuk generasi mendatang."
- Sulitnya Beli Rumah Bagi Anak Muda Jadi Salah Satu Topik di Pemilu Australia
- Rusia Menanggapi Klaim Upayanya Mengakses Pangkalan Militer di Indonesia
- Dunia Hari Ini: Siap Hadapi Perang, Warga Eropa Diminta Sisihkan Bekal untuk 72 Jam
- Rusia Mengincar Pangkalan Udara di Indonesia, Begini Reaksi Australia
- Dunia Hari Ini: Katy Perry Ikut Misi Luar Angkasa yang Semua Awaknya Perempuan
- Dunia Hari Ini: Demi Bunuh Trump, Remaja di Amerika Habisi Kedua Orang Tuanya