Perempuan Afghanistan Menanti Jawaban: Taliban Kelompok Kesatria atau Gerombolan Pria Gombal?
Taliban mau tidak mau tidak bisa berpaling dari tekanan itu karena pemerintahan yang dibentuknya menghadapi krisis parah di berbagai bidang sehingga membutuhkan bantuan internasional.
Penarikan bantuan asing secara tiba-tiba setelah Taliban berkuasa mendorong ekonomi Afghanistan, yang sudah rapuh, hampir runtuh. Jutaan orang menganggur. Sistem perbankan hanya berfungsi sebagian.
Dengan penduduk sekitar 39 juta jiwa, Afghanistan menghadapi keruntuhan ekonomi, kelangkaan pasokan pangan, dan masalah kemiskinan yang memburuk.
Pejabat tinggi Taliban pada 18 Desember meminta dunia untuk membantunya menangani krisis ekonomi mendalam, yang telah memicu kekhawatiran eksodus pengungsi lain dari Afghanistan.
Permintaan itu menggarisbawahi kenyataan bahwa pemerintahan baru Taliban terdesak untuk berinteraksi dengan masyarakat dunia, empat bulan setelah mereka merebut kekuasaan di Kabul.
Badan-badan Perserikatan Bangsa-Bangsa memperkirakan bahwa jutaan warga Afghanistan bisa menghadapi kelaparan selama musim dingin jika tidak segera mendapat bantuan.
Tetapi menurut badan-badan tersebut, pemberian bantuan terhambat oleh keengganan masyarakat internasional untuk berhubungan langsung dengan Taliban --sebagian karena mereka mengkhawatirkan hak-hak perempuan di Afghanistan.
Dekret Perempuan
Selama Taliban berkuasa di Afghanistan dari 1996 hingga 2001, perempuan mengalami aturan garis keras yang dianut kelompok tersebut
- Menlu Retno Perjuangkan Ekonomi Inklusif demi Kemajuan Afghanistan
- Prabowo-Gibran Bertekad Menjaga Perlindungan Hak Perempuan, Anak, dan Disabilitas
- Peringati Sebad Diniyyah Putri, Anies Mengagumi Perjuangan Rahmah El Yunusiyah
- Ingin Gusur Taliban, Front Perlawanan Nasional Afghanistan Harapkan Bantuan Israel
- API Kembali Apresiasi Para Pemimpin Perempuan di Berbagai Bidang
- Meski Tak Akui Taliban, Indonesia Tetap Kirim 10 Juta Vaksin Polio ke Afghanistan