Perempuan di Bawah 25 Tahun Paling Banyak Kehilangan Pekerjaan Semasa Pandemi

Ada secercah harapan saat ia hampir mendapatkan pekerjaan menjadi koordinator sebuah acara konferensi di Sydney.
Namun itu pun tidak terjadi.
"Saya muncul di hari pertama dan bos mengatakan 'konferensi sekarang tidak akan berlangsung karena Sydney lockdown, dan maaf sekarang kamu tidak punya kerjaan lagi," katanya.
Menurut sebuah laporan terbaru di Australia, apa yang dialami oleh Jorja, dialami juga oleh ribuan perempuan lainnya.
Penelitian yang dilakukan oleh Equity Economics untuk lembaga non-profit Australians Investing in Women (AIIW) menemukan tiga dari lima pekerjaan yang dihentikan semasa pandemi tahun lalu dialami oleh perempuan.
Ditemukan juga bahwa meski perempuan berusia 15 sampai 24 tahun hanya sekitar 7,5 persen dari angkatan kerja, tapi jumlah mereka yang kehilangan pekerjaan mencapai 20 persen.
50 persen dari mereka kehilangan pekerjaan terjadi antara bulan Juni sampai September 2021.
Perempuan lebih merasakan dampaknya
Salah satu penulis laporan, yang juga kepala ekonom Equity Economics, Dr Angela Jackson mengatakan dirinya sangat mengkhawatirkan mengenai perempuan-perempuan muda yang bekerja di beberapa industri yang memang rentan terkena dampak penutupan COVID-19.
Sekitar delapan persen dari angkatan kerja di Australia adalah perempuan berusia antara 15 sampai 24 tahun
- Paus Fransiskus, Pemimpin Gereja Katolik yang Reformis, Meninggal Dunia pada Usia 88 tahun
- Dunia Hari Ini: PM Australia Sebut Rencana Militer Rusia di Indonesia sebagai 'Propaganda'
- Sulitnya Beli Rumah Bagi Anak Muda Jadi Salah Satu Topik di Pemilu Australia
- Rusia Menanggapi Klaim Upayanya Mengakses Pangkalan Militer di Indonesia
- Dunia Hari Ini: Siap Hadapi Perang, Warga Eropa Diminta Sisihkan Bekal untuk 72 Jam
- Rusia Mengincar Pangkalan Udara di Indonesia, Begini Reaksi Australia