Perempuan Indonesia Berusaha Mematahkan Stigma soal Menikah dengan Bule

Ia membatasi interaksi dengan orang-orang di luar rumah dan menghabiskan kebanyakan waktunya di rumah demi menghindari stigma.
"Itu satu-satunya cara," katanya.
Upaya mematahkan stigma
Muntini bukanlah satu-satunya warga Indonesia dalam perkawinan campur yang mengalami hal ini.
Yani Lauwoie, konsultan komunikasi di Australia, pernah ditanya bila dirinya adalah "bule hunter" atau pengejar bule saat menikah dengan suaminya Shannon Smith, yang berasal dari Australia.
Pada saat itu, ia hanya membalasnya dengan candaan.
Tetapi pertanyaan senada yang seolah menganggap dirinya sangat tergantung pada suaminya terus didapatkannya meski sudah merasa mandiri secara finansial dan karier.
"Perempuan Indonesia yang menikah dengan pria Australia itu sering sekali mendapat stereotip yang menempatkan posisi kita sebagai inferior," katanya.
"Jadi seolah-olah kita berhubungan dengan pria Kaukasia itu ada motif lain selain motif perasaan yang murni atas hubungan cinta kasih ... misalnya mencari keuntungan, kehidupan yang lebih baik atau [anggapan] 'pasti dia hidupnya ditopang oleh pria ini'".
Perempuan menikah dengan 'bule' masih mendapat komentar atau pertanyaan yang menyakitkan
- Paus Fransiskus, Pemimpin Gereja Katolik yang Reformis, Meninggal Dunia pada Usia 88 tahun
- Dunia Hari Ini: PM Australia Sebut Rencana Militer Rusia di Indonesia sebagai 'Propaganda'
- Momen Hari Kartini, Kalbe Kampanyekan Siapa Takut Jadi Ibu!
- Peringati Hari Kartini, Wamendagri Ribka: Perempuan Harus Bangkit dan Bertransformasi
- Sulitnya Beli Rumah Bagi Anak Muda Jadi Salah Satu Topik di Pemilu Australia
- Rusia Menanggapi Klaim Upayanya Mengakses Pangkalan Militer di Indonesia