Perempuan Korban Gempa Bumi PNG Rentan Perkosaan

Perempuan Korban Gempa Bumi PNG Rentan Perkosaan
Perempuan Korban Gempa Bumi PNG Rentan Perkosaan

"Benar-benar rumit menjadi seorang wanita sendirian, merawat lima anak, dan ketika gempa bumi terjadi, kondisinya kian memburuk."

Perempuan Korban Gempa Bumi PNG Rentan Perkosaan Photo: Peyabe adalah salah satu dari 400 wanita pengungsi dan anak-anak di Hoiebia yang menghadapi situasi sulit setelah gempa bumi.
(ABC News: Eric Tlozek)

Perkelahian suku dataran tinggi adalah bentuk modern dan mematikan dari tradisi kuno di mana kedukaan diselesaikan dengan kekerasan, atau suku-suku saingan menyerbu desa masing-masing.

Pengenalan senjata api dan gangguan hukum dan ketertiban di beberapa provinsi dataran tinggi telah meningkatkan intensitas kekerasan dan jumlah orang yang terbunuh.

Pusat Pemantauan Pemindahan Internal dan Komite Internasional Palang Merah memperkirakan ribuan orang terpaksa mengungsi dari rumah mereka karena perkelahian antar suku, banyak di wilayah yang kini terkena dampak gempa.

Pemerintah Papua Nugini memperkirakan gempa telah membuat  35.000 orang warga lainnya menjadi pengungsi di dataran tinggi.

Bessie Peyabe adalah satu dari 400 wanita dan anak-anak yang mencari perlindungan dari konflik di desa Hoiebia, dekat ibukota Provinsi Hela, Tari.

Dia mengatakan dia dan korban perang suku lainnya sedang berjuang untuk mencari perumahan, karena gempa telah merusak rumah tempat mereka tinggal.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News