Perempuan Parlemen Belum Maksimal
Jumat, 22 April 2011 – 07:42 WIB
JAKARTA – Keterlibatan perempuan di dunia politik, khususnya parlemen, mengalami peningkatan secara kuantitas. Tapi sayangnya, peningkatan jumlah perempuan di parlemen belum dibarengi kualitas yang memadai. Demikian diakui dua anggota DPR perempuan, Nurul Arifin dan Hetifah Sjaifudian di Jakarta, Kamis (21/4).
Hetifah, anggota Komisi X DPR menuturkan, peningkatan jumlah perempuan di parlemen terjadi dari tingkat daerah hingga nasional. Hasil Pemilu 2009 di DPRD tingkat kabupaten/kota, representasi perempuan mencapai 12 persen, DPRD provinsi sebesar 16 persen, bahkan DPR RI mencapai 18 persen. ”Di DPR periode sebelumnya, representasi perempuan hanya 11 persen,” kata Hetifah.
Menurutnya, peningkatan jumlah perempuan di parlemen terjadi seiring makin terbukanya peluang bagi perempuan di era reformasi. Namun banyaknya perempuan yang berkiprah di dunia politik ternyata belum mampu menawarkan kultur politik yang berbeda. Perempuan belum mampu menunjukkan diri sebagai agen perubahan.
”Hari Kartini merupakan momen baik untuk melakukan refleksi sejauh mana kemajuan yang telah dicapai kaum perempuan,” kata politisi Golkar ini.
Hatifah menduga, lemahnya peran perempuan di parlemen terjadi karena kapabilitas perempuan yang lolos ke parlemen kurang teruji. Kebanyakan perempuan yang terpilih dan berkiprah di dunia politik formal saat ini barasal dari dinasti politik atau figur populer seperti artis.
JAKARTA – Keterlibatan perempuan di dunia politik, khususnya parlemen, mengalami peningkatan secara kuantitas. Tapi sayangnya, peningkatan
BERITA TERKAIT
- Tutup Mata atas Aduan Ribka Tjiptaning, Sejumlah Komisioner KPU Jabar Diperingatkan DKPP
- Hakim Pertanyakan Alfedri-Husni ke MK Padahal Petahana
- MKD Akan Panggil Uya Kuya Terkait Konten Kebakaran di Los Angeles
- IMLA Meragukan Komitmen Netanyahu soal Gencatan Senjata di Gaza
- Pertemuan Megawati dan Prabowo Bakal Memecah Dominasi Jokowi
- KPUD dan Bawaslu Siak Patahkan Tudingan Alfedri-Husni di Sidang MK