Perempuan Penenun Ulos Makin Langka
Senin, 07 November 2011 – 21:52 WIB
JAKARTA -- Perempuan-perempuan di Tanah Batak, Sumatera Utara, yang dulunya sangat aktif dengan kegiatan menenun selendang dan ulos, kini sudah langka. Malah nyaris tak lagi ditemukan, baik di wilayah perkotaan maupun perkampungan. "Harga jualnya sudah terkalahkan oleh kain-kain dari pabrik, meski secara kualitas ulos masih lebih unggul. Yang kita khawatirkan jangan sampai akibat harga jual yang rendah ini kemudian berpengaruh pada proses produksi ulos yang asal jadi dengan kualitas rendah," timpalnya.
"Saya sempat berbincang dengan salah seorang ibu di sana yang masih aktif menenun. Dia bangga karena masih ada peninggalan nenek moyangnya yang masih dipertahankan sebagai warisan. Tetapi di sisi lain, terpancar raut sedih karena hampir tidak ada lagi yang menenun," ujar Antropolog asal Belanda, Sandra Niessen yang sudah cukup lama melakukan penelitian di wilayah Tapanuli Utara saat mengadakan pertemuan dengan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Anak (KPPA), Senin (7/11).
Sandra yang melakukan penelitian dengan dibantu Restuala Pakpahan dan MJA Nashir asal Indonesia itu menyebut banyak faktor yang mempengaruhi hal tersebut. Di antaranya, akibat melonjaknya harga bahan baku yang tak sebanding dengan harga jual. Belum lagi ditambah proses pembuatan yang menyita waktu dan tenaga yang cukup lama.
Baca Juga:
JAKARTA -- Perempuan-perempuan di Tanah Batak, Sumatera Utara, yang dulunya sangat aktif dengan kegiatan menenun selendang dan ulos, kini sudah langka.
BERITA TERKAIT
- Pendaftaran PPPK 2024 Tahap II Pemkot Mataram Dibuka, Ini Pesan Pak Taufik Priyono
- Mendes Yandri Dorong Kolaborasi Pemda dan Pemdes untuk Kemajuan Desa Mandiri
- Pj Gubernur Sumut Apresiasi Antusiasme Masyarakat di Ajang Aquabike 2024
- Bocah Tenggelam di Aliran Bendungan Sukajaya Palembang, Tim SAR Langsung Bergerak
- Calon Bupati Biak Numfor Diduga Melakukan Pencabulan
- Geram Melihat Sampah di TPS Mandala Krida, Menteri LH Panggil Pemkot Yogyakarta