Perempuan Penenun Ulos Makin Langka

Perempuan Penenun Ulos Makin Langka
Perempuan Penenun Ulos Makin Langka
Alasan lain karena pandangan bahwa menenun identik dengan warga miskin. Padahal kenyatannya tidak demikian. "Untuk semua hasil penelitian itu sudah saya tuangkan dalam bentuk buku. Dan karena saya tidak mau itu hanya habis di rak buku, makanya buku-buku yang ada dijual di sekitar wilayah penelitian biar bermanfaat. Dan sudah hampir terjual semua," tuturnya.

Mewakili Pemerintah Indonesia, Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Anak, Linda Amalia Sari Gumelar menyatakan apresiasinya. Terutama untuk Sandra dan rekannya. Ia mengaku tertarik sehingga mengundang si peneliti asal Belanda tersebut.

Terhadap hasil penelitian itu, Linda mengaku miris. Karena itu, ia berencana memfasilitasi masalah tersebut. Kini sudah dimulai dengan forum anak yang sudah terbangun hingga ke tingkat provinsi dan kabupaten/kota.

"Pada intinya, kami melihat bahwa di sini ada peluang bagi perempuan dan anak-anak untuk berkarya. Jadi kami siap untuk fasilitasi persoalan ini. Apalagi kain ulos termasuk high class untuk ukuran dunia," pungkas Linda. (yes/jpnn)

JAKARTA -- Perempuan-perempuan di Tanah Batak, Sumatera Utara, yang dulunya sangat aktif dengan kegiatan menenun selendang dan ulos, kini sudah langka.


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News