Perempuan-perempuan Indonesia yang Ingin Bantu Menyuarakan Kelompok Minoritas di Australia
"Peristiwa ini membuat saya merasa, apalagi dulu, kalau saya memiliki ras yang berbeda ... saya masih menganggap Indonesia sebagai rumah, tapi merasa tidak disambut."
Saat ini, di usianya yang ke-35 tahun, Wendy sudah meraih banyak prestasi di Australia.
Ia bekerja sebagai mitra perpajakan konsultan Deloitte Australia, di antara segelintir mitra perempuan keturunan Asia lainnya di sana.
Wendy pun menjadi salah satu finalis penghargaan "40 Under 40" yang diperuntukkan bagi warga keturunan Asia berusia di bawa 40 tahun di Australia atas kontribusi mereka di komunitas.
Bagi Wendy yang sudah lebih dari 10 tahun berkiprah sebagai konsultan multinasional tentang investasi dan operasi di Australia, keberagaman budaya di tempat kerja sangat penting.
"Kita melihat kebudayaan kepemimpinan dalam kebudayaan Barat dalam diri orang yang cenderung lebih asertif," katanya.
"Padahal kepribadian saya lebih tertutup dan tidak asertif."
Walau demikian, identitas diri Wendy ini telah membantu banyak orang di dunia kerjanya yang juga sepertinya.
Inilah perempuan-perempuan Indonesia keturunan Tionghoa yang pindah ke Australia menyusul kerusuhan Mei 1998
- Upaya Bantu Petani Indonesia Atasi Perubahan Iklim Mendapat Penghargaan
- Dunia Hari Ini: Tanggapan Israel Soal Surat Perintah Penangkapan PM Netanyahu
- Dunia Hari Ini: Warga Thailand yang Dituduh Bunuh 14 Orang Dijatuhi Dihukum Mati
- Biaya Hidup di Australia Makin Mahal, Sejumlah Sekolah Berikan Sarapan Gratis
- Rencana Australia Membatasi Jumlah Pelajar Internasional Belum Tentu Terwujud di Tahun Depan
- Dunia Hari Ini: Konvoi Truk Bantuan Untuk Gaza Dijarah Kelompok Bersenjata