Perempuan Rentan Alami Kekerasan Selama Pandemi, Begini Reaksi Annisa Pohan
“Kita lihat pada masa-masa konflik dan kerusuhan. Perempuan itu seperti legenda burung Phoenix, selalu bisa hidup dari wreckage, bangkit dari abu kerusakan,” papar Andy.
Psikolog keluarga dan praktisi konseling kesehatan mental Ita D Azly mengungkapkan cara agar perempuan bisa menjadi tangguh.
“Perempuan harus membangun kesadaran diri (awareness), sebagai dasar untuk mengembangkan diri,” kata Ita.
Menurut Ita, perlu membangun kompetensi diri dan kemudian kompetensi sosial.
Di sisi lain, praktisi teknologi dan green economy Thilma Komaling mengingatkan semangat dan daya juang saja belum cukup.
“Kita harus mampu memanfaatkan teknologi. Menghadapi era digital, perempuan harus bisa: Bertahan, Berubah, dan Belajar,” kata Thilma.
Senada dengan itu, CEO startup @kamiidea Istafiana Candarini berbagi resep bagi para perempuan.
“Set goals dengan jelas, find your passion, kira-kira kita bisa melakukan apa, supaya kita bisa mencapai target dan tetap happy," pesan Istafiana.
Beban ganda di masa perempuan selama pandemi erpotensi memicu ketidakharmonisan rumah tangga dan membuat perempuan makin rentan mengalami kekerasan dalam rumah tangga,”
- Srikandi ASABRI Luncurkan Program SISTER
- KPPB Gelar Dunia Tanpa Luka, Meiline Tenardi Serukan Setop Kekerasan terhadap Perempuan
- Begini Cara ASABRI Merayakan Peran Perempuan
- Cerita Local Hero dari Badau, Berkontribusi pada Keluarga & Sekitar
- Peringatan HAKTP, KOPRI PB PMII Ajak Seluruh Masyarakat Cegah Kekerasan Seksual
- Pemkot Tangsel & Mayarakat Bersinergi Wujudkan Ruang Kreasi Penyandang Disabilitas