Perempuan Uyghur Alami Perlakuan Buruk Di Kamp Pelatihan Paksa China

"Jika mereka ingin menghukum lebih berat, mereka akan memborgol [kami] dan kami akan dipaksa untuk melihat tembok di seberang selama sekitar 17 jam."
Gulbahar Jelilova, yang berasal dari Kazakhstan, telah menghabiskan dua dekade terakhir melakukan bisnis di perbatasan China-Kazakhstani.
Dia mengatakan pada Mei 2017 dia ditangkap di kota Urumqi di China dengan tuduhan mentransfer dana secara illegal sebesar 17.000 yuan ($ 3.500) dari China dan Turki.
"Ketika saya berada di kamp, saya memberi tahu mereka bahwa saya adalah orang asing dan bahwa saya tidak melakukan kesalahan," katanya.
"Kami diberitahu bahwa kami tidak memiliki hak di sana. Kami tidak memiliki hak untuk melakukan panggilan telepon di luar ... kami seperti orang mati."

(Berita ABC / Google Earth / Digital Globe)
Kebanyakan orang Uyghur yang telah berada di dalam kamp tidak akan berbicara tentang pengalaman mereka karena takut anggota keluarga lainnya akan ditahan sebagai aksi pembalasan.
Terlepas dari kekhawatiran Gulbahar Jelilova bahwa polisi di China mengawasinya di Turki di mana dia menetap saat ini, dia mengaku merasa terdorong untuk berbicara mewakili perempuan muda lainnya yang saat ini masih berada di dalam tahanan.
- Paus Fransiskus, Pemimpin Gereja Katolik yang Reformis, Meninggal Dunia pada Usia 88 tahun
- Dunia Hari Ini: PM Australia Sebut Rencana Militer Rusia di Indonesia sebagai 'Propaganda'
- Sulitnya Beli Rumah Bagi Anak Muda Jadi Salah Satu Topik di Pemilu Australia
- Rusia Menanggapi Klaim Upayanya Mengakses Pangkalan Militer di Indonesia
- Dunia Hari Ini: Siap Hadapi Perang, Warga Eropa Diminta Sisihkan Bekal untuk 72 Jam
- Rusia Mengincar Pangkalan Udara di Indonesia, Begini Reaksi Australia