Pergi ke Puncak ketika Musim Turis Timur Tengah Tiba (1)
Ajak Calon Mempelai Pria Pilih Gula atau Kopi
Senin, 11 Mei 2009 – 06:22 WIB
Kata Husin, selera para turis Timur Tengah tak seperti orang Indonesia. Kalau para hidung belang Indonesia suka dengan yang masih belia, mereka lebih suka yang matang dengan fisik sedikit gemuk.
''Mereka suka (maaf) pantat dan dada besar. Biasanya janda anak satu atau dua gitu mereka masih suka,'' katanya. Usianya pun tak seberapa muda. Kisarannya 28-32 tahun.
Setelah cocok dengan calon mempelai, prosedur selanjutnya adalah melakukan pernikahan. Kawin kontrak cukup menghadirkan penghulu dan satu saksi. Yang jadi saksi biasanya adalah calo yang menjadi makelar itu sendiri. Sedan penghulunya bisa diatur. ''Orang Arab masak tahu itu penghulu beneran atau nggak. Pokoknya kawin, beres,'' katanya.
Setelah ''prosesi'' pernikahan, kedua mempelai teken tanda tangan di sebuah surat. Surat tersebut menjadi dokumen pengesahan untuk status mereka. ''Mereka kan tidak mau zina. Mereka mau main, tapi nggak mau dosa. Jadi kawin kontrak itu seperti membuat hubungan mereka sah, padahal itu juga bohong-bohongan,'' ujar Husin lantas terkekeh.
Mei hingga Agustus nanti, kawasan Puncak, Cisarua, Bogor, seperti biasa, memasuki masa banjir wisatawan asal Timur Tengah. Ada yang sekadar berlibur.
BERITA TERKAIT
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala
- AKBP Condro Sasongko, Polisi Jenaka di Tanah Jawara
- MP21 Freeport, Mengubah Lahan Gersang Limbah Tambang Menjadi Gesang
- Sekolah Asrama Taruna Papua, Ikhtiar Mendidik Anak-anak dari Suku Terpencil Menembus Garis Batas
- Kolonel Zainal Khairul: Pak Prabowo Satuan Khusus, Saya Infanteri dari 408