Peringatan Serius dari Didik J Rachbini, Simak Baik-baik

Jadi dengan membiarkan kebijakan penanganan COVID-19 seperti sekarang akan membuat kesulitan pemulihan ekonomi.
Dalam waktu dekat jumlah positif COVID-19 dapat mencapai 200.000, bahkan bisa saja menembus angka 300.000 kasus di Indonesia apabila tidak ada perubahan kebijakan kesehatan.
Situasi tersebut sama dengan beberapa negara yang tidak berhasil menangani pandemi tersebut, seperti Filipina dan Amerika Serikat.
"Kita tidak perlu mencontoh kegagalan negera lain ya. Kita mencontoh tetangga-tetangga kita yang berhasil mengatasi dan menurunkan grafik dan kasus harian COVID-19 ini," kata Didik menyampaikan keprihatinannya.
Ia berharap pemerintah memperhatikan anggaran penanganan COVID-19 yang turun di 2021.
"Jika dibandingkan usaha untuk bidang ekonomi, urusan COVID-19 ini tertinggal. Dan bahkan, sekarang masyarakat membayar sendiri tes swabnya. Sudah mulai kesulitan rumah sakit untuk mengatasi pasien," katanya.
Ketua Dewan Pembina Gerakan Pakai Masker (GPM) Agus Martowardojo mengatakan semua masyarakat sepatutnya sadar bahwa krisis kesehatan itu berdampak pada kehidupan sosial dan ekonomi.
Semua pertemuan-pertemuan yang melibatkan banyak orang tidak bisa dilakukan, tidak dapat beribadah di rumah-rumah ibadah, semua orang mengalami kondisi ekonomi yang sulit, kesempatan kerja hilang dan tidak bisa mencari nafkah yang memadai.
Ekonom senior Didik J Rachbini bicara soal penanganan pandemi COVID-19 dikaitkan dengan dampaknya terhadap kondisi ekonomi.
- Waspada! Prediksi Kebijakan Donald Trump Bisa Picu Resesi di Indonesia
- Ekonom Sebut Danantara hingga RUU TNI Jadi Penyebab IHSG Anjlok
- Soal Lagu Bayar Bayar Bayar, GPA Ungkit Peran Polisi Saat Banjir & Penanganan Covid-19
- Isu COVID & Lab Wuhan Mencuat Lagi, China Gercep Membela Diri
- Sidang Tuntutan Korupsi APD Covid-19 di Sumut Ditunda, Ini Masalahnya
- Trump Bikin Gebrakan Hari Pertama, Langsung Teken Keppres agar AS Keluar dari WHO