Peringatan Serius dari Didik J Rachbini, Simak Baik-baik

Indonesia, ujar mantan Gubernur Bank Indonesia itu, pernah mengalami dua krisis besar.
Pertama, krisis sosial, politik dan ekonomi yang terjadi pada periode 1965-1966 yang sangat memprihatinkan di mana inflasi mencapai 592 persen.
Kedua, pada 1997-1998 di mana pertumbuhan ekonomi Indonesia minus 13 persen dengan inflasi mencapai 82 persen dan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS melemah dari Rp2.500 menjadi Rp17.000.
Bukan tidak mungkin apa yang terjadi di dua periode krisis tersebut terjadi lagi. Sejarah juga telah mencatat dunia mengalami great depression di 1930-an pascapandemi influenza atau flu spanyol yang menewaskan puluhan juta orang secara global selama dua tahun di periode 1918-1920.
Tidak bisa memperdebatkan kesehatan atau ekonomi yang lebih penting karena keduanya harus selaras, dan jika tidak seimbang akan membahayakan Indonesia.
Kesehatan tentu hal utama, tapi kalau ekonomi tidak berjalan, akan berat sekali dampaknya untuk masyarakat.
Dalam lima tahun terakhir pertumbuhan ekonomi rata-rata di angka lima persen, dan di kuartal pertama 2020 masih mencapai 2,97 persen.
Tekanan sosial ekonomi akibat pandemi COVID-19 sudah pasti berdampak, dan ketika kuartal ketiga dan keempat pertumbuhan ekonomi tidak dapat dipertahankan di angka positif berarti terjadi resesi, dan perekonomian akan semakin berat bagi Indonesia di 2021.
Ekonom senior Didik J Rachbini bicara soal penanganan pandemi COVID-19 dikaitkan dengan dampaknya terhadap kondisi ekonomi.
- Waspada! Prediksi Kebijakan Donald Trump Bisa Picu Resesi di Indonesia
- Ekonom Sebut Danantara hingga RUU TNI Jadi Penyebab IHSG Anjlok
- Soal Lagu Bayar Bayar Bayar, GPA Ungkit Peran Polisi Saat Banjir & Penanganan Covid-19
- Isu COVID & Lab Wuhan Mencuat Lagi, China Gercep Membela Diri
- Sidang Tuntutan Korupsi APD Covid-19 di Sumut Ditunda, Ini Masalahnya
- Trump Bikin Gebrakan Hari Pertama, Langsung Teken Keppres agar AS Keluar dari WHO