Peringati HUT ke-78 MPR RI, Bamsoet Gelar Wayang Kulit 'Semar Boyong'

Semar sudahlah tua, tambun dan bungkuk. Namun, jika dilihat lebih dalam, ternyata begitu banyak makna filosofis yang dapat digali dari penggambaran sosok Semar.
Rambut kuncung penuh uban, mencerminkan kematangan dan kedewasaan dalam pemikiran, sikap, dan perilaku.
Mata yang sayu adalah simbol kepekaan untuk menangkap keprihatinan dalam realitas sosial, serta empati terhadap penderitaan sesama.
Hidung sunthi (membulat kecil) melambangkan ketajaman dalam mencium tanda-tanda zaman.
"Anting cabai merah di telinga, mengisyaratkan kesediaan untuk mendengarkan masukan, nasehat, dan kritikan, meskipun itu terasa pedas," urai Bamsoet.
Ketua Dewan Pembina Depinas SOKSI itu menambahkan, pagelaran wayang adalah aktualisasi seni budaya yang syarat makna.
Sebuah tontonan yang dapat dijadikan tuntunan. Dari penggambaran karakter dan narasi alur cerita yang disajikan, banyak benang merah yang dapat dipadankan relevansinya dan dirujuk kontekstualitasnya.
"Kami dapat mengambil hikmah dari lakon Semar Boyong, bahwa permusuhan dan pertikaian, apapun alasannya, tidak pernah menjadi solusi terbaik untuk menyelesaikan persoalan. Meskipun setiap menjelang pemilu, suhu politik biasanya semakin memanas, tidak boleh menjadikan pemilu 2024 sebagai arena permusuhan yang mengakibatkan perpecahan," pungkas Bamsoet. (jpnn)
Ketua MPR RI Bambang Soesatyo menuturkan dalam melaksanakan tugas konstitusional MPR, khususnya dalam membangun wawasan kebangsaan.
Redaktur & Reporter : Dedi Sofian
- Vietnam Mitra Strategis Indonesia di ASEAN, Waka MPR: Kerja Sama Harus Ditingkatkan
- Eddy Soeparno Respons soal Gugatan Ketum Parpol ke MK, Ini Ranah Internal
- Akbar Supratman: MPR Akan Mengawasi Pencairan THR Karyawan, Ojol, dan Kurir Online
- Safari Ramadan di Jateng, Muzani: Ponpes Harus Terlibat Wujudkan Indonesia Emas 2045
- Waka MPR Sebut Upaya Peningkatan APK Perguruan Tinggi Harus Segera Dilakukan
- Waka MPR: Perlu Political Will Para Pemangku Kepentingan untuk Wujudkan Kesetaraan