Perjalanan Ekstrem ke Air Terjun Uluiwoi, Awas Ular Hitam di Mulut Gua

Perjalanan Ekstrem ke Air Terjun Uluiwoi, Awas Ular Hitam di Mulut Gua
Air Terjun Uluiwoi, Kolaka Timur. Foto: Kendari Pos

Perlahan, kepenatan itu mulai hilang setelah gemuruh air terdengar kian dekat, menandakan perjalanan tak lama lagi tiba ditujuan. Tiba di titik air terjun, rasa lelah selama perjalanan seolah terbayar lunas. Melihat pemandangan air tersebut, membuat semua orang akan berkhayal dan menyampaikan decak kagum akan kebesaran yang Maha Pencipta. 

Titik air terjun yang pertama tingginya hanya sekitar lima meter dan memiliki dua tingkatan. Debit airnya juga tidak begitu besar. Tak jauh dari situ, di bagian atas nampak jelas terlihat titik air terjun kedua dengan tinggi sekitar delapan meter. Memiliki tiga tingkatan besar dan satu tingkat yang kecil.

Pada bagian atasnya lagi, masih ada tiga titik air terjun. Namun untuk mengaksesnya, harus memanjat tebing air terjun kedua. Seuntai tali yang mengikat di batang pohon besar telah dipersiapkan agar bisa memanjat tebing. Dengan hati-hati dan perasaan was-was, Kendari Pos dan pengunjung lain memberanikan diri agar sampai di atas untuk melihat air terjun berikutnya dan berikutnya lagi. 

Meski dengan susah payah, akhirnya berhasil sampai di puncak. Untuk mencapai titik air terjun ke tiga, harus berjalan kaki menyusuri aliran air sungai-sungai kecil dengan waktu sekitar 10 menit. Sekitar 10 meter dari puncak air terjun titik pertama, terdapat goa horizontal. Di mulut gua itu terdapat ular hitam yang sedang tertidur. 

"Ada ular di gua. Coba kamu lihat sana kepalanya. Sepertinya sedang tertidur," kata seorang pengunjung memberitahu yang lain. Mereka pun langsung sigap dan waspada akan serangan ular tersebut. Kami pun memilih untuk melanjutkan perjalanan dan melihat titik air terjun selanjutnya. Di titik air ke tiga, pemandangannya memang tidak begitu indah. Di tebingnya, ada batang pohon besar yang berdiri lurus. Menghalang arus dan mengganggu pemandangan. 

Tapi batang kayu itulah yang dijadikan jembatan untuk menuju air terjun terakhir. Tidak ada jalan lain untuk mencapai titik air terjun terakhir. Hanya dengan memanjat tebing air terjun, sehingga dapat menuju titik air terjun ke empat. Medan ini lebih ekstrem dari sebelumnya. Batang pohon itu begitu licin. Tenaga pun terkuras hanya untuk melewati tebing dengan ukuran tinggi sekitar empat meter itu. "Kalau sudah di atas, kita bisa mi lihat itu air terjun ke empat. Hati-hati, licin ini batang kayu dan batu," ungkap warga lokal yang menemani perjalanan, Dekri. 

Dekri mengatakan air terjun ini diberi nama Uluiwoi karena diartikan dalam bahasa daerah Tolaki sebagai kepala air. Apalagi seluruh air yang mengairi wilayah Koltim puncaknya dari wilayah tersebut. Lima tahun lalu, ia mengaku telah pergi ke obyek wisata terebut. "Memang ada Kecamatan Uluiwoi di Koltim. Tapi nama air terjun Uluiwoi karena di sini lah kepalanya air. Air yang ada di Kecamatan Mowewe saja, dipercaya sumbernya dari air terjun ini," kata Dekri mengadopsi cerita orangtuanya.

Di antara air terjun sebelumnya, titik air terjun ke empat yang paling tinggi. Ukuran tingginya sekitar 45 meter, dikelilingi tebing dengan ukuran tinggi yang sama. Ada pula pohon-pohon yang menjulang tinggi. Di bagian bawahnya terdapat sungai kecil yang menampung air yang terjatuh dari atas. Sayangnya, saja obyek wisata itu, jarang dikunjungi masyarakat karena medan yang ekstrem. Termasuk kurangnya perhatian pemerintah untuk melestarikan potensi wisata.

KABUPATEN Kolaka Timur, Sulawesi Tenggara, bukanlah daerah yang dikelilingi lautan. Koltim, sebutannya, tidak seperti saudaranya, Kolaka dan Kolaka

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News